Corona Virus varian AY.4.2 baru saja menjadi perbincangan publik, namun sekarang telah muncul varian baru yaitu B.1.1.529. Varian B.1.1.529 pertama kali dilaporkan WHO (World Health Organization) dari Afrika Selatan pada 24 November 2021. Situasi epidemiologis di Afrika Selatan ditandai dengan tiga puncak berbeda dalam kasus yang dilaporkan, yang terakhir didominasi varian Delta. Dalam beberapa minggu terakhir, infeksi telah meningkat tajam, bertepatan dengan deteksi varian B.1.1.529. Infeksi B.1.1.529 terkonfirmasi pertama kali diketahui berasal dari spesimen yang dikumpulkan pada 9 November 2021. Hingga saat ini WHO telah mengkonfirmasi bahwa virus ini sudah menyebar di 23 Negara. Baca Juga : Waspadai Corona Virus AY.4.2 Masuk Jelang Liburan Akhir Tahun 2021 Varian ini memiliki sejumlah besar mutasi yang dapat mengkhawatirkan dalam hal penyebaran virus. Bukti awal telah menunjukkan peningkatan jumlah kasus varian omicron di hampir seluruh provinsi Afrika Selatan. Varian Omicron ini dapat terdeteksi melalui tes PCR SARS-CoV-2 . Karena adanya asumsi bahwa varian ni memiliki daya persebaran virus yang cukup tinggi. Technical Advisory Group on SARS-CoV-2 Virus Evolution (TAG-VE) meminta WHO untuk menjadikan varian ini menjadi Variant of Concern (VOC) yang akhirnya B.1.1.529 diberi nama Omicron. Dimana Omicron ini membawa mutasi virus sebanyak lebih dari 30 mutasi pada paku protein virus (spike). Dengan adanya VOC baru yakni omicron, WHO telah menghimbau seluruh negara untuk melakukan hal sebagai berikut: meningkatkan upaya pengawasan dan pengurutan untuk lebih memahami varian SARS-CoV-2 yang beredar. mengirimkan urutan genom lengkap dan metadata terkait ke database yang tersedia untuk umum, seperti GISAID (Global Initiative on Sharing All Influenza Data). melaporkan kasus/cluster awal yang terkait dengan infeksi VOC ke WHO melalui mekanisme IHR ( International Health Regulations). di mana ada kapasitas dan berkoordinasi dengan komunitas internasional, melakukan penyelidikan lapangan dan penilaian laboratorium untuk meningkatkan pemahaman tentang dampak potensial VOC pada epidemiologi COVID-19, tingkat keparahan, efektivitas tindakan kesehatan masyarakat dan sosial, metode diagnostik, respons imun, antibodi netralisasi, atau karakteristik lain yang relevan. Setiap negara harus tetap melaksanakan aturan protokol kesehatan bagi masyarakat untuk mengurangi sirkulasi Covid-19. Vaksin tetap harus digencarkan untuk mengurangi resiko berat dan kematian. Negara harus terus memantau agar kelompok rentan sudah mendapatkan vaksin hingga dosis ke 2. Hal tersebut bertujuan untuk segera terbentuknya herd immunity di suatu negara. Baca Juga : Wujudkan Herd Immunity Terhadap COVID-19 dengan Vaksinasi Terhitung sejak Senin (28/11) Pemerintah melarang masuk WNA yang memiliki riwayat perjalanan dari sejumlah negara dari Afrika Selatan (Afrika Selatan, Botswana, Namibia, Zimbabwe, Lesotho, Mozambique, Eswatini, Nigeria) dan Hongkong. Selain melarang masuk WNA, pemerintah juga memberhentikan pemberian visa kunjungan dan visa tinggal terbatas bagi negara-negara tersebut. Namun, bagi WNI yang dalam kurun waktu 14 hari pernah melakukan kunjungan/transit pada negara tersebut diperlakukan karantina 14 hari dengan dua kali tes PCR. WHO juga telah memberikan langkah yang efektif untuk masing-masing individu selain melakukan vaksin hingga dosis kedua adalah sebagai berikut Menjaga jarak fisik minimal 1 meter Menggunakan masker double dan pas Selalu menjaga sirkulasi udara tetap lancar Menjaga tangan tetap bersih dengan mencuci tangan Menerapkan etika batuk dengan benar Oleh karena itu, penting bagi kita untuk tidak bosan menerapkan protokol kesehatan dimanapun dan kapanpun sebagai salah satu cara untuk mengubah pandemi ini menjadi endemi. Stay Healthy Sobat #KSRUNS. (Humas KSR UNS/Jihan Syarifah Rokhan) Sumber: https://www.bbc.com/indonesia/dunia-59459960 https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-59453949 https://www.cnbcindonesia.com/tech/20211129174703-37-295269/warning-who-soal-ancaman-bahaya-covid-19-varian-baru-omicron https://www.who.int/news/item/26-11-2021-classification-of-omicron-(b.1.1.529)-sars-cov-2-variant-of-concern https://www.who.int/news/item/28-11-2021-update-on-omicron https://www.cnbcindonesia.com/news/20211202072709-4-295978/data-terbaru-who-23-negara-sudah-terinfeksi-omicron
Waspadai Corona Virus AY.4.2 Masuk Jelang Liburan Akhir Tahun 2021
Akhir tahun ini daerah eropa barat seperti Inggris dan prancis dikagetkan dengan adanya varian baru dari coronavirus, varian baru mutasi dari coronavirus hasil mutasi varian delta ini dikabarkan memiliki persebaran yang lebih cepat daripada corona virus varian delta yang lain. Corona virus delta AY 4.2 merupakan turunan dari coronavirus varian delta B1.167. Virus varian baru yang berasal dari Inggris ini memiliki karakteristik yang dapat menular lebih cepat. Pera ilmuwan Imperial College London menemukan bahwa 66,7 persen kasus AY.4.2 memiliki gejala seperti kehilangan dan perubahan penciuman dan rasa, demam, dan batuk terus-menerus. Timbulnya gejala pada orang yang terinfeksi ini memiliki angka yang lebih kecil dibanding dengan varian delta dimana gejala yang timbul mencapai 76,4% Kondisi Covid 19 di Eropa Prancis Sedikit berbeda dengan Inggris, pertambahan kasus baru di Prancis menembus angka 30.000 lebih per hari. Menteri kesehatan Prancis mengatakan bahwa peningkatan kasus pada akhir pekan ini merupakan lonjakan kasus yang tinggi dimana lonjakan kasus mencapai 50% selama 11 hari berturut-turut. Ia mengatakan bahwa ini merupakan gelombang 5 coronavirus di Prancis. Untuk mengantisipasi adanya lonjakan kasus yang semakin bertambah, pemerintah Prancis menekankan untuk melakukan vaksin dosis ke 3 bagi seluruh warga dengan usia diatas 40 tahun keatas. Inggris Menurut The New York Time (24/11) pertambahan kasus covid per hari menembus angka lebih dari 40.000 per hari. Selain pertambahan kasus yang sangat tinggi, angka kematian yang terjadi di Inggris menembus angka seribu kematian per hari. Menurut ahli epidemiologi Imperial college london, Profesor Ferguson kenaikan angka covid di London dimulai sejak pertambahan kasus baru pada bulan Juli 2021, yaitu sejak penguncian Inggris dicabut. Kekebalan kelompok sangatlah berpengaruh untuk penurunan jumlah pertambahan kasus yang terjadi di Inggris. Jerman Dikutip dari Guardian (25/11) pertambahan jumlah kasus covid 19 akhir-akhir ini melonjak tinggi namun Jerman dapat mengatasi lonjakan ini dengan cukup baik dibandingkan dengan negara lainnya. Kepala Institut Robert Koch mengatakan angka kematian akibat covid di Jerman 0,8 persen. Dimana dapat diakumulasi bahwa setiap hari terdapat pertambahan kasus sekitar 50.000 kasus dan kematian sekitar 800 orang. Jerman akan memberlakukan lockdown apabila vaksinasi tidak segara digencarkan untuk mencegah peningkatan kasus baru. Menurunnya Vaksinasi di Indonesia Covid AY.4.2 telah terdeteksi masuk di Malaysia sejak Oktober akhir. Indonesia sebagai negara terdekat Malaysia harus segera waspada adanya varian baru ang masuk ke dalam Indonesia. Namun, pada bulan November ini jumlah vaksin di Indonesia menurun. Pada 18 november tercatat vaksinasi di Indonesia berjumlah 123.816 dalam sehari. Angka tersebut merupakan angka terendah pada bulan November ini. Sebulan terakhir angka capian vaksinasi di Indonesia terus menurun, tercatat pada minggu terakhir oktober tercatat 12jt dosis vaksin dalam sepekan. Minggu pertama November berkurang menjadi 10jt sehari dan pekan kedua November menurun menjadi 9,9jt perhari, sedangkan pada bulan ketiga tercatat 9jt. Rata-rata vaksinasi di Indonesia bulan November ini hanya kisaran 1,2 jt per hari. Hal tersebut jauh dari target pemerintah dalam vaksinasi di Indonesia mencapai angka 2jt per hari. Upaya Pencegahan Lonjakan Kasus Covid jelang Liburan Nataru (Natal dan Tahun Baru) Indonesia harus segera mengambil tindakan dalam upaya pencegahan lonjakan kasus Covid. Adanya varian baru AY.4.2. Juga patut diwaspadai masuk ke dalam Indonesia jelang liburan Nataru. “Varian AY.4.2. Sudah mulai masuk ke Malaysia. Ini yang harus kita antisipasi. Negara-negara di Eropa kasus Covid-19 sudah naik” kata Suharyanto Ketua Satgas Penanganan Covid-19 dan Kepala BNPB. Kebijakan pemerintah dalam pencegahan lonjakan kasus di akhir tahun ini adalah dengan menerapkan PPKM Level 3 di seluruh Indonesia. Kebijakan tersebut dilakukan mulai tanggal 24 Desember hingga 2 Januari mendatang. Daerah yang sudah mencapai PPKM Level 1 dan 2 juga harus memberlakukan kebijakan PPKM level 3. Pada 22 November 2021, aturan ini juga disampaikan oleh Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian lewat instruksi yang ditujukan kepada gubernur, bupati, hingga wali kota di seluruh Indonesia. Berikut sejumlah hal yang harus diperhatikan saat PPKM Nataru berlangsung. Larangan cuti selama periode Nataru bagi pekerja ASN, TNI, Polri, BUMN dan karyawan swasta. Untuk acara pernikahan dan sejenisnya dilaksanakan sesuai aturan PPKM level Selama periode Nataru, kegiatan seni budaya dan olahraga ditiadakan. Semua alun-alun ditutup mulai 31 Desember 2021-1 Januari 2022. Himbauan untuk sekolah agar tidak melakukan pembagian raport pada Januari 2022 dan tidak meliburkan secara khusus pada libur Nataru. Vaksin 2 dosis belum cukup untuk perlindungan tubuh dari virus covid-19. Tetap jaga dan terapkan protokol kesehatan dimanapun dan kapanpun. (Humas KSR PMI Unit UNS/Jihan Syarifah Rokhan) Sumber: https://www.cnnindonesia.com/nasional/20211108150633-20-718156/kemenkes-antisipasi-varian-baru-covid-ay42-di-indonesia https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20211021151922-199-710527/mengenal-varian-baru-ay42-bikin-kasus-covid-19-naik https://www.cnnindonesia.com/nasional/20211125175550-20-726141/rangkuman-covid-vaksinasi-turun-corona-diramal-belum-habis-2022 https://www.cnnindonesia.com/nasional/20211118154756-20-723038/pakar-soal-ppkm-level-3-natal-tahun-baru-2022-warga-akan-curi-start https://www.cnnindonesia.com/nasional/20211118194414-20-723192/rangkuman-covid-ppkm-level-3-akhir-tahun-klaim-vaksin-nusantara
Press Release : KSR UNS Selenggarakan Pelatihan dan Pemantapan Angkatan XXX
Surakarta – KSR UNS telah memiliki anggota keluarga baru setelah pelaksanaan Lantap (Pelatihan dan Pemantapan) KSR PMI Unit UNS Angkatan 30. Kegiatan ini dilaksanakan sejak bulan Oktober hingga November yang diisi dengan kegiatan Binjastal (Bina Jasmani dan Mental) selama enam kali dan diakhiri dengan diadakannya kegiatan Lantap selama 3 hari sejak tanggal 26 – 28 November 2021. Kegiatan Binjastal yang berlangsung di sekitar kampus UNS ini diisi dengan pemberian materi dan praktik mengenai manajemen bencana. Puncak rangkaian yakni kegiatan Lantap dilaksanakan di lingkungan UNS dan KHDTK Alas Bromo, Karanganyar, Jawa Tengah. Selama kegiatan lapang, peserta juga mengaplikasikan materi yang telah diterima selama binjastal 1 sampai 6 yaitu melakukan Simulasi Bencana. Kegiatan yang dihadiri oleh 29 orang peserta ini bertujuan untuk mencetak calon relawan yang siap diterjunkan dalam bencana dan kegiatan kemanusiaan lainnya. Untuk menjaga keamanan bersama, seluruh peserta dan panitia telah melakukan tes swab antigen sebelum melaksanakan kegiatan lantap dengan hasil negatif. “Lantap kali ini punya rasa tersendiri dimana setiap kegiatan di Lantap KSR UNS ini selalu ada manfaatnya bagi saya sebagai calon relawan, disini saya dididik untuk selalu cepat dan tanggap setiap saat. Dari kegiatan ini saya mempunyai keluarga baru dan untuk angkatan 30 yuk rekatkan lagi rasa saling memiliki sebagai relawan tangguh KSR UNS” Ujar Damar Ariefin S1 Agribisnis salah satu peserta Pelatihan dan Pemantapan Angkatan XXX. Kesan pesan yang lain disampaikan juga oleh Komala Safitri Mahasiswa D4 Kebidanan “Gokil, deg”an, dan seru bangeettt…, serta banyak hal – hal perdana yang pertama kali saya alami pada kegiatan ini terutama yang berkaitan dengan praktek dan ketepatan waktu. Kegiatan ini bukan hanya sekedar melatih dan menguji materi, fisik, mental tetapi juga menekankan tentang pentingnya berkarakter yang baik sebagai seorang penolong profesional mulai dari bersikap dan bertutur kata untuk nantinya bisa menjadi relawan yang siap dan sigap. Semoga Angkatan XXX KSR PMI Unit UNS mampu terus aktif dalam setiap kegiatannya, siap sigap dalam segala kondisi, serta mampu menjadi bagian dari pencipta nama baik KSR PMI Unit UNS”. “Saya bersyukur setelah tertunda karena pandemi akhirnya kegiatan Lantap angkatan 30 bisa terlaksana. Tidak dipungkiri regenerasi bagi sebuah organisasi adalah hal yang penting. Apalagi bagi KSR UNS yang tidak sekedar membutuhkan personil untuk menjalankan organisasi, tapi juga seorang relawan-relawan tangguh yang siap dan berkompeten ketika diturunkan dalam suatu bencana” ujar Roid Shalahuddin Muflih Ketua Panitia Lantap Angkatan XXX KSR PMI Unit UNS. Angga Firda Tamara selaku Ketua Umum KSR PMI Unit UNS juga bersyukur dapat melaksanakan kegiatan Lantap walau di masa pandemi dengan beberapa penyesuaian demi tetap dapat mencetak relawan masa depan yang tangguh. “Semoga para anggota baru ini setelah mengikuti Lantap dapat mengimplementasikan ilmunya secara nyata untuk kemanusiaan di lapangan, selain itu ilmu-ilmu yang sudah didapat juga harus dibagikan. Kegiatan Peltihan dan Pemantapan yang merupakan langkah awal dalam menjadi relawan sehingga jangan sampai bosan untuk terus berkembang.” tutur Angga Firda Tamara Ketua Umum KSR PMI Unit UNS. (Humas KSR PMI Unit UNS/Jihan Syarifah Rokhan)
Mengenal Molnupiravir, Calon Obat Antivirus Baru untuk Atasi COVID-19
Halo Sobat KSR UNS sering kali kita bertanya-tanya “ Apakah COVID-19 sudah ada obatnya?” namun belum ada penjelasan pasti mengenai hal tersebut, beberapa waktu lalu muncul berita mengenai calon obat antivirus COVID-19 ternyata yang dimaksud adalah penelitian Molnupiravir. Apa Itu Molnupiravir?? Molnupiravir atau MK-4482/EIDD-2801 adalah obat antivirus yang dikonsumsi secara oral (diminum). Awalnya, obat ini dikembangkan sebagai obat flu oleh Emory University di Amerika Serikat. Molnupiravir dikembangkan atas kerja sama perusahaan Merck dan Ridgeback Biotherapeutics. Dalam publikasi resmi di situs Merck, molnupiravir secara signifikan dapat mengurangi risiko rawat inap atau kematian pada pasien dewasa dengan gejala covid ringan hingga sedang. Antivirus ini berpotensi menjadi obat Covid-19 secara oral yang tepat dan nyaman untuk diberikan kepada pasien rawat jalan. Keamanan dan efektivitas molnupiravir sebagai obat penyakit COVID-19 akibat infeksi virus Corona saat ini tengah diuji. Awalnya obat ini dikembangkan sebagai obat influenza dengan dosis pemberian 2 kali sehari selama 5 hari. Karena masih dalam tahap uji klinis, izin penggunaan darurat obat molnupiravir masih belum tersedia dan belum diterbitkan secara resmi, baik oleh FDA maupun BPOM. Obat ini juga belum tersedia di Indonesia. Cara kerja Molnupiravir ?? Ketika dibandingkan dengan perawatan COVID-19 lainnya yang memerlukan transfusi intravena yang mahal seperti antibodi monoklonal dan plasma pemulihan, pemberian Molnupiravir ini akan lebih mudah. Sebelumnya, obat antivirus remdesivir adalah satu-satunya obat dengan persetujuan penuh Food and Drug Administration untuk mengobati COVID-19, juga harus dikirim ke aliran darah. Molnupiravir diketahui mampu mengurangi tingkat keparahan dan menurunkan risiko penularan virus COVID-19 pada pasien bergejala ringan hingga sedang. Beberapa studi praklinis menyatakan bahwa aktivitas antivirus dalam Molnupiravir dapat melawan beberapa virus corona, termasuk SARS-Cov-2 penyebab Covid-19. Molnupiravir bekerja dengan cara mengganggu proses replikasi virus sehingga perkembangbiakannya dapat dihambat. Dalam hal ini, Molnupiravir telah terbukti aktif dalam beberapa model praklinis, termasuk pencegahan infeksi, pengobatan, pencegahan, dan penularan penyakit. Itulah mengapa molnupiravir dinilai efektif untuk mengendalikan jumlah virus dalam tubuh penderita COVID-19 serta memperbaiki kondisi penderita. Hasil Uji Klinis Obat Molnupiravir untuk COVID-19 Sebelum dinyatakan layak dan aman digunakan untuk mencegah atau mengobati penyakit tertentu, suatu obat atau vaksin baru perlu dikaji melalui uji klinis bertahap, yaitu uji klinis fase I, II, dan III. Begitu juga dengan molnupiravir.Data dari hasil uji klinis fase I dan II menunjukkan bahwa molnupiravir aman digunakan dan cukup efektif dalam mengurangi jumlah virus Corona pada penderita COVID-19 derajat ringan. Selanjutnya, hasil sementara uji klinis fase III menunjukkan bahwa molnupiravir juga mampu mengurangi kebutuhan rawat inap di rumah sakit serta menekan risiko kematian hingga sekitar 50%, khususnya pada pasien COVID-19 derajat ringan hingga sedang. Obat ini juga belum terlihat menimbulkan efek samping yang serius. Karena hasil penelitian klinisnya sejauh ini cukup baik, molnupiravir diangggap berpotensi tinggi untuk digunakan dalam pengobatan penyakit COVID-19. Meski demikian, masih dibutuhkan data yang lebih lengkap untuk memastikan efektivitas dan keamanan obat ini. Oleh karena itu, uji klinis molnupiravir di fase III masih terus berlanjut. Pengembangan obat antivirus baru, termasuk molnupiravir, merupakan langkah penting dalam penanganan pandemi COVID-19. Namun, perlu diingat ya Sobat bahwa untuk menekan angka penularan COVID-19, Anda tetap harus mematuhi protokol kesehatan, yakni dengan sering mencuci tangan menggunakan air dan sabun atau hand sanitizer, mengenakan masker saat beraktivitas di luar rumah, menjaga jarak dengan orang lain, menghindari keramaian, dan mendapatkan vaksin COVID-19. Stay safe and stay healthy Sobat KSR UNS! [Humas KSR PMI Unit UNS/Vera Yuliati] Sumber : https://www.alodokter.com/mengenal-molnupiravir-obat-baru-untuk-covid-19 https://www.cnbcindonesia.com/tech/20211004110145-37-281167/fakta-molnupiravir-obat-oral-pertama-yang-ampuh-lawan-covid https://www.sehatq.com/artikel/potensi-molnupiravir-untuk-obat-covid-19
Wujudkan Herd Immunity Terhadap COVID-19 dengan Vaksinasi
Upaya pemerintah dalam mengatasi pandemi COVID-19 salah satunya adalah dengan menggencarkan vaksinasi COVID-19 untuk seluruh lapisan masyarakat. Sobat KSR UNS pernah dengar istilah Herd Immunity? Apa hubungan herd immunity dengan vaksinasi dalam mengatasi kasus COVID-19? Yuk simak penjelasannya! Menurut World Health Organization (WHO), herd immunity atau kekebalan kelompok merupakan ketika terciptanya perlindungan atau kekebalan terhadap penyakit menular tertentu pada suatu populasi manusia jika ambang cakupan imunisasi tercapai. Kekebalan kelompok dapat tercapai dengan cara vaksinasi. Baca juga : Akhiri Pandemi Covid-19 dengan Vaksinasi Pada laman infeksiemerging.kemkes.go.id, dijelaskan bahwa apabila sejumlah 80% dari populasi kebal terhadap suatu virus, berarti ketika empat dari lima orang bertemu dengan seseorang yang terinfeksi penyakit, maka orang tersebut tidak akan sakit atau menyebarkan virus tersebut sehingga penyebaran virus dapat dikendalikan. Persentase orang yang harus divaksinasi untuk mencapai herd immunity bervariasi pada setiap jenis penyakit ya Sobat. Semakin menular suatu penyakit, semakin besar proporsi populasi yang harus memiliki kekebalan terhadap penyakit untuk menghentikan penyebarannya. Misalnya pada penyakit campak membutuhkan sekitar 95% dari populasi yang harus sudah divaksinasi. Beberapa persen sisanya akan dilindungi oleh fakta bahwa campak tidak akan menyebar di antara mereka yang sudah divaksinasi. Baca juga : Mengenal KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) Setelah Vaksinasi COVID-19 Vaksin melatih sistem kekebalan untuk melawan penyakit dengan menciptakan suatu protein atau yang disebut sebagai ‘antibodi’. Vaksin bekerja tanpa membuat seseorang mengalami rasa sakit. Vaksin akan melindungi dari infeksi virus sehingga tidak menularkan kepada orang lain. Dilansir pada laman covid19.go.id, Ilmuwan WHO Dr. Soumya Swaminathan mengatakan bahwa virus SARS-CoV-2 adalah virus yang sangat mudah menular sehingga dibutuhkan setidaknya 60-70% dari populasi memiliki kekebalan agar benar-benar dapat memutuskan rantai penularan COVID-19. Salah satu tujuan menuju kekebalan kelompok adalah untuk menjaga kelompok rentan yang tidak dapat divaksinasi tetap aman dan terlindungi juga dari penyakit, misalnya seseorang yang bereaksi alergi terhadap vaksin, bayi yang baru lahir atau orang yang memiliki sistem imun yang lemah. Baca juga : KENALI FENOMENA LONG COVID : Gejala dan Cara Menanganinya Cara Mencapai Herd Immunity Kekebalan kelompok tercapai ketika cukup banyak orang dalam populasi telah pulih dari penyakit dan memiliki antibodi terhadap infeksi di masa depan. Terdapat dua jalur utama untuk menuju herd immunity COVID-19 yaitu infeksi alami dan vaksinasi. Menciptakan kekebalan kelompok dengan infeksi alami akan menimbulkan beberapa masalah lainnya. Seseorang dapat terinfeksi kembali dan belum jelas seberapa lama dapat terlindungi dari infeksi, bahkan dapat terjadi komplikasi serius dan kematian, terutama pada kelompok rentan. Hal ini juga dapat menyebabkan sistem perawatan kesehatan menjadi tidak terkendali bahkan kewalahan. Berbeda dengan infeksi alami, vaksin dapat menciptakan kekebalan kelompok tanpa menyebabkan penyakit atau komplikasi. Mencapai kekebalan kelompok dengan vaksin merupakan cara yang aman dan efektif untuk mengurangi penyebaran atau infeksi sehingga lebih banyak nyawa terselamatkan. Cara ini sudah terbukti dalam mengendalikan panyakit menular lainnya seperti cacar, polio, difteri, dan rubella. Baca juga : Penyakit Tidak Menular (PTM) Tingkatkan Risiko Kematian Akibat COVID-19 Tantangan Mencapai Herd Immunity dengan Vaksinasi COVID-19 1. Keraguan terhadap vaksin Beberapa orang mungkin keberatan untuk mendapatkan vaksin COVID-19 karena keberatan agama, kekhawatiran tentang kemungkinan risiko, atau skeptis tentang manfaatnya. 2. Pertanyaan tentang perlindungan vaksin Banyak menjadi pertanyaan seberapa lama vaksin COVID-19 akan melindungi seseorang dari COVID-19. Penelitian menunjukkan bahwa vaksin COVID-19 mungkin dapat berkurang efektivitasnya terhadap munculnya beberapa varian baru virus yang bisa lebih tahan terhadap vaksin. 3. Distribusi vaksin yang tidak merata Distribusi vaksin COVID-19 sangat bervariasi antar atau dalam negara. Jika satu komunitas mencapai tingkat vaksinasi COVID-19 yang tinggi dan daerah sekitarnya masih rendah, maka wabah masih dapat terjadi jika populasinya bercampur. Baca juga : Pakar Kesehatan Angkat Bicara Seputar Mutasi COVID-19 dalam Webinar Nasional yang Diselanggarakan oleh KSR UNS Vaksinasi merupakan cara yang efektif dan aman dalam mencapai herd immunity. Perlu Sobat KSR UNS pahami juga bahwa pemberian vaksin bukan berarti kamu menjadi aman dan kebal dari infeksi COVID-19 lho, tetapi kamu akan menjadi lebih tangguh dalam menghadapi COVID-19. Tentunya tetap tanpa mengabaikan protokol kesehatan dan menjaga kebersihan untuk meminimalisir penularan penyakit ya Sobat! Mari kita wujudkan herd immunity, salah satunya dengan vaksinasi. Stay safe and stay healthy Sobat KSR UNS! [Humas KSR PMI Unit UNS/Aulia Yulia Maryani] Sumber : https://www.who.int/news-room/q-a-detail/herd-immunity-lockdowns-and-covid-19?gclid=CjwKCAjwwsmLBhACEiwANq-tXGPgR1De12z_DOElEnAHi4r1UjsJ1kiv45C0lIcClGlHe56IwZyVLRoChtUQAvD_BwE# https://covid19.go.id/berita/mengulik-tentang-herd-immunity-covid-19 https://infeksiemerging.kemkes.go.id/uncategorized/apa-itu-herd-immunity-kekebalan-kelompok https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/coronavirus/in-depth/herd-immunity-and-coronavirus/art-20486808
PRESS RELEASE : KSR UNS GELAR DONOR DARAH RAMAH TEMAN TULI
SURAKARTA – KSR PMI Unit UNS telah melaksanakan kegiatan Donor Darah yang diikuti oleh teman tuli. Kegiatan donor darah ini dilaksanakan pada 10 Oktober 2021 di RBI Gerkatin Surakarta tepatnya pada Jl. Surya No.146, Jagalan, Laweyan, Kota Surakarta. Dengan tema “Teman Tuli Percaya Diri, Teman Tuli Berarti Untuk Negeri “ peserta sangatlah bersemangat dalam mendonorkan darahnya. Kegiatan ini berhasil mendapatkan 11 kantong darah dari 12 pendaftar. Donor darah ini dilaksanakan dengan adanya kerjasama dengan PMI Kota Surakarta. Sebelum dilaksanakannya kegiatan donor darah ini, KSR UNS juga mengadakan sosialisasi Donor darah bersama teman tuli. Kegiatane sosialisasi donor darah ini dilaksanakan pada Sabtu, 25 September 2021 melalui platform zoom. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pandangan bahwa penyandang disabilitas juga memiliki kesempatan yang sama untuk mendonorkan darahnya, serta donor darah merupakan suatu yang aman dilakukan bagi penyandang disabilitas. Kegiatan sosialisasi yang diisi oleh dr. Dwi Eka Ratri Weningsari ini berjalan lancar hingga akhir. Peserta sosialisasi sangatlah antusias dimana peserta mengajukan banyak sekali pertanyaan dan mengikuti diskusi hingga akhir. Dalam pelaksanaanya, KSR UNS melakukan pengecekan suhu kepada peserta donor darah. Selain itu, KSR UNS juga telah menyiapkan tempat cuci tangan dan himbauan untuk tetap menjaga jarak antar peserta. KSR UNS juga memfasilitasi teman tuli dengan menggunakan bahasa isyarat agar teman tuli dapat mendonorkan darahnya dengan mudah dan nyaman. Nur Kholila selaku ketua panitia menuturkan “Harapannya dengan diadakannya donor darah ramah teman tuli ini, bisa memberikan dampak positif kepada teman tuli dan kegiatan ini dapat menyadarkan masyarakat luas bahwa penyandang disabilitas memiliki hak yang sama untuk donor darah” Dr. Victoria dari PMI Kota Surakarta juga menyampaikan kesannya selama membantu keberjalanan donor darah ini, “KSR UNS sangat membantu PMI dalam memenuhi stok kebutuhan darah. saya baru pertama kali ini membantu donor darah untuk teman-teman disabillitas dan saya sangat senang karena peserta sangat antusias”. Harapannya dengan kegiatan donor darah untuk penyandang disabilitas yang pertama kali dilaksanakan oleh KSR UNS ini membuat semakin banyak teman-teman disabilitas yang ingin mendonorkan darahnya karena teman disabilitas juga memiliki kesempatan yang sama. Selaras dengan pesan dari Komandan KSR PMI Unit UNS, Angga Firda Tamara “ semoga kegiatan baik ini dapat terus berjalan dan serta dapat memberikan inspirasi bagi lainnya untuk mengadakan kegiatan yang serupa, serta dapat menyadarkan bahwa semua memiliki dan berhak mendapat kesempatan yang sama untuk berbuat kebaikan salah satunya bagi para teman tuli dalam mendonorkan darahnya”. [Humas KSR PMI Unit UNS/Jihan Syarifah Rokhan]
Penyakit Tidak Menular (PTM) Tingkatkan Risiko Kematian Akibat COVID-19
Kantor WHO di Jenewa, Swiss ( Sumber :dok Reuters/Denis Balibouse) Hasil studi baru yang dikeluarkan oleh Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) dan PBB, menunjukkan, bahwa orang yang menderita penyakit tidak menular, lebih rentan terkena sakit parah dan meninggal akibat COVID-19. Pengertian PTM atau Penyakit Tidak Menular PTM atau penyakit tidak menular merupakan suatu penyakit yang apabila melakukan kontak dengan penderita tidak akan menular. PTM dapat disebabkan oleh faktor genetik dan diikuti dengan gaya hidup yang tidak sehat. Faktor risiko yang mempengaruhi terjadi penyakit tidak menular diantaranya adalah kegemukan, tekanan darah yang meningkat, peningkatan kadar glukosa dalam darah, serta tingkat kolesterol dalam darah yang tidak optimal. Penyakit Tidak Menular masih menjadi situasi yang harus diperhatikan selama pandemi Covid-19. Data dari WHO menjelaskan bahwa penyakit tidak menular telah menyebabkan lebih dari 40 juta orang meninggal di seluruh dunia dalam satu tahun, dan 7 dari 10 kematian global disebabkan oleh penyakit tidak menular. Dari jumlah tersebut, menunjukkan 17 juta orang meninggal dini, sebagian besar antara umur 30 dan 70 tahun. Apa Saja yang Termasuk Penyakit Tidak Menular ?? Diabetes Obesitas Kanker Hipertensi Gangguan Pernapasan Penyakit Jantung Bronkitis Bronkiolitis Koroner Asma dan penyakit tidak menular lainnya Apa Hubungannya PTM dengan Covid-19 ?? Dr. Nick Banatvala, Kepala satuan tugas PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) bagian penyakit tidak menular menjelaskan bahwa penyakit tidak menular meningkatkan kerentanan terhadap infeksi COVID-19, dan dapat berakibat buruk, termasuk pada anak muda. Penyebab umum PTM antara lain karena beberapa organ dalam tubuh penderita telah mengalami gangguan. Sehingga, dapat menurunkan imunitas tubuh dan meningkatkan risiko kematian apabila menderita Covid-19. Perlu adanya implementasi untuk memperkuat, dan mempertahankan kapasitas inti kesehatan masyarakat. Dr. Nick Banatvala, Kepala Lembaga PBB Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Sumber : www.unodc.org) Apa Hubungannya PTM dengan Covid-19 ?? Dewan Penasihat & Dewan Etik Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Dr. dr. Anwar Santoso, SpJP(K) menjelaskan bahwa selain menjalankan protokol kesehatan Covid-19, masyarakat juga harus memperhatikan upaya optimalisasi pencegahan dan pelayanan pengobatannya contohnya seperti vaksinasi. Penyakit Tidak Menular bisa Berdampak Komplikasi akibat COVID-19 ( Sumber : dok. Tumisu by Pixabay ) Lalu, Penyakit Tidak Menular Apa yang Paling Berisiko Menyebabkan Kematian Akibat Covid-19? “Sebuah studi di Perancis menunjukkan, COVID-19 kemungkinan berkembang parah tujuh kali lebih tinggi, pada pasien dengan obesitas. Perokok, satu setengah kali lebih mungkin mengalami komplikasi parah akibat COVID-19 dan memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi. Penderita diabetes memiliki kemungkinan dua hingga empat kali lebih besar, untuk mengalami gejala yang parah atau meninggal dunia akibat COVID-19.” ujar dr. Nick Banatvala. ( Sumber : dok. Diana.grytsku by Freepik ) Jangan Khawatir ! Berikut Beberapa Cara untuk Mencegahnya Untuk mengatasi permasalahan ini harus ada implementasi untuk memperkuat, mengembangkan dan mempertahankan kapasitas inti kesehatan masyarakat. Menurut Juru Bicara Satgas Covid-19, dr. Reisa Broto Asmoro menjelaskan tingginya risiko kematian akibat covid-19 sebenarnya sangat bisa untuk dicegah sejak dini dengan melakukan beberapa hal sebagai berikut: Mengatur pola makan Batasi Konsumsi Gula, Garam, dan Lemak/Minyak Hindari Gula Berlebih Hindari Konsumsi Garam Berlebih Hindari Konsumsi Lemak Berlebih Berolahraga (Berdiri dan berjalanlah minimal 30 menit) Mematuhi Protokol Kesehatan Nah, setelah membaca artikel diatas Sobat KSR UNS pastinya sudah menjadi lebih paham kan tentang PTM atau Penyakit Tidak Menular? Penting nih bagi kita untuk memahami hal-hal yang sangat berisiko disaat pandemi Covid-19. Ingat! Tetap disiplin dengan protokol kesehatan dan jangan lengah dengan keadaan yaa. Stay safe and stay healthy everyone. [Humas KSR UNS/Vera Yuliati] Sumber : http://p2ptm.kemkes.go.id/artikel-sehat/penyakit-tidak-menular-tingkatkan-risiko-kematian-akibat-covid-19 Penyakit Tidak Menular Tingkatkan Risiko Kematian Akibat Covid-19 (voaindonesia.com) https://www.okezone.com/tren/read/2020/10/18/620/2295629/pandemi-covid-19-jangan-lupakan-bahaya-penyakit-tidak-menular?page=2 https://repjabar.republika.co.id/berita/qyull7396/selain-covid-19-antisipasi-juga-penyakit-tidak-menular 3 Cara Cegah Penyakit Tidak Menular yang Picu Kematian Pasien Covid-19 Halaman all – Kompas.com