MITIGASI WABAH COVID-19? INI YANG PERLU DIPERHATIKAN

Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (80%) orang Indonesia yang tertular COVID-19 hanya mengalami gejala ringan dan kemudian melakukan isolasi mandiri di rumah sampai sembuh. Pasien yang berada di rumah sakit juga mengalami karantina namun hanya beberapa yang membutuhkan perawatan intensif atau akhirnya meninggal, tingkat kematian ditaksir 5%.

Walaupun tingkat kematian yang seolah kecil, waspada harus menjadi nomor satu dikarenakan tidak sedikit orang yang sudah terinfeksi tetapi tidak mengalami gejala sebelumnya.

Wabah COVID-19 di Indonesia menunjukkan adanya tiga hal yang penting untuk diperhatikan dalam pengambilan kebijakan mitigasi wabah, yaitu :

  1. Penyakit ini cenderung memberikan dampak yang lebih besar dan berat pada orang dengan tiga penyakit bawaan yaitu diabetes, darah tinggi dan jantung.
  2. Mayoritas pasien yang mengalami dampak parah akibat penyakit bawaan adalah laki-laki di usia produktif, karena mereka tidak sadar dengan kondisi kesehatan mereka sendiri.
  3. Dampaknya akan sangat besar pada roda perekonomian Indonesia, karena besarnya angka pasien yang sakit bahkan meninggal akibat COVID-19 adalah dari kelompok umur produktif, yang merupakan penggerak roda ekonomi utama di Indonesia.

Tingkat kematian merupakan satu indikator yang penting, maka dari itu perlunya mengetahui serta memahami karakteristik dan pola korban agar pemerintah dapat mengambil kebijakan dalam mempersiapkan masyarakat.

TIGA POLA KEMATIAN UTAMA AKIBAT COVID-19

  1. Laki-laki lebih rentan

Dari tabel yang tersedia di Global Health per 23 April 2020 menunjukkan tingkat kematian laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan. Dari 29 negara terdapat 27 negara yang melaporkan rasio korban meninggal laki-laki lebih tinggi.  Akan tetapi Indonesia belum mengumumkan pembagian data kasus berdasarkan jenis kelamin.

  1. Orang lanjut usia lebih rentan

Bukti menurut grafik pada Global Health Italia menunjukkan bahwa yang paling rentan terhadap COVID-19 adalah laki-laki dan seseorang yang berumur >60 tahun. Kemudian menurut China CDC 14 Februari 2020 menunjukkan bahwa lonjakan angka kematian tertinggi adalah orang yang berumur >60 tahun.

  1. Penyakit kronis penyerta

Seseorang akan lebih mudah terinfeksi COVID-19 apabila terdapat penyakit penyerta terutama diabetes, darah tinggi dan jantung (atau penyakit trisula disebutnya). Akan tetapi uniknya menurut penelitian yang dilakukan bahwa Indonesia merupakan negara yang memiliki angka rasio kematian tertinggi pada kelompok usia produktif (40+). Pandemi ini berpotensi memperparah dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh krisis kesehtan dalam jangka yang panjang, karena kelompok usia produktif merupakan motor ekonomi keluarga dan motor produktifitas negara. Menurut penelitian yang dilakukan pada tahun 2014 dan 2019 bahwa dua per tiga penyandang penyakit trisula tidak sadar akan bahaya dari penyakit tersebut dan tidak bisa dalam mengendalikan penyakitnya.

Sumber : di olah dari data DKI Jakarta

Dengan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa, bahayanya wabah COVID-19 di Indonesia yang memiliki kecenderungan lebih tinggi menyerang kelompok usia produktif berdampak pada semakin pentingnya langkah dan kebijakan yang di ambil pemerintah dalam memutus rantai persebarannya.

Adapula tindakan khusus yang dapat dilakukan, seperti :

  • Pemantauan orang dalam pengawasan dengan menanyakan penyakit trisula
  • Memberi perhatian khusus terhadap segmen pedesaan, karena banyak yang terjangkit trisula dalam tidak mendapatkan obat sebagai haknya
  • Menegakkan pembatasan jaga jarak serentak dan menyediakan pengaman sosial kepada yang terdampak terutama pada pekerja informal.

Maka dari itu dari pemaparan tiga hal penting dalam pengambilan kebijakan ini diharapkan bahwa langkah mitigasi yang dirancang harus dibangun dengan memperhitungkan tiga pola di atas. Yuk bersama kita taati kebijakan yang akan atau sudah dibuat oleh pemerintah, tetap #diRumahAja untuk kita semua. (Humas KSR PMI Unit UNS/Rona Azzah Zalva Prastanti)

Sumber : KawalCOVID19.id

 

 

 

MITOS FAKTA COVID-19

 

COVID-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh coronavirus yang dapat menyerang hewan ataupun manusia. Ciri penderita yang terkena COVID-19 mengalami infeksi saluran nafas mulai dari batuk pilek hingga yang lebih serius.

Informasi terkait cara pencegahan kasus COVID-19 tersebar luas di masyarakat. Akan tetapi, banyak hal yang belum terbukti kebenarannya, berikut mitos dan fakta seputar COVID-19 :

  1. Mitos : Berjemur di bawah sinar matahari dapat mencegah coronavirus.

Fakta : Berjemur di bawah sinar matahari TIDAK mencegah penyakit coronavirus (COVID-19), membersihkan tangan dengan benar serta menghindari menyentuh mata, mulut, dan hidung adalah bentuk preventifnya.

  1. Mitos : Mampu menahan napas 10 detik tanpa batuk dapat terbebas dari coronavirus

Fakta  : Mampu menahan napas selama 10 detik atau lebih tanpa batuk TIDAK berarti terbebas dari penyakit coronavirus (COVID-19) justru bisa membahayakan

  1. Mitos : Minum alkohol dapat melindungi dari COVID-19

Fakta  : Minum alkohol TIDAK melindungi dari COVID-19, namun bisa berbahaya karena konsumsi alkohol yang sering atau berlebihan dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan.

  1. Mitos : COVID-19 tidak bisa ditularkan pada daerah panas

Fakta  : COVID-19 dapat ditularkan di SEMUA AREA, termasuk daerah dengan cuaca panas dan lembab. Apapun iklimnya, upaya perlindungan adalah dengan mencuci tangan.

  1. Mitos : Mandi air panas dapat mencegah coronavirus

Fakta  : Mandi air panas TIDAK mencegah penyakit coronavirus yang baru.

  1. Mitos : Coronavirus dapat ditularkan dengan gigitan nyamuk

Fakta  : Coronavirus baru TIDAK DAPAT ditularkan melalui gigitan nyamuk. Coronavirus baru adalah virus pernapasan yang menyebar terutama melalui tetesan yang dihasilkan ketika orang yang terinfeksi batuk atau bersin, dan juga melalui tetesan air liur serta keluarnya cairan dari hidung

  1. Mitos : Pengering tangan dapat membunuh coronavirus

Fakta : Pengering tangan TIDAK EFEKTIF dalam membunuh COVID-19, namun dapat kita lakukan dengan sering membersihkan tangan dengan alkohol atau mencucinya dengan sabun dan air.

  1. Mitos : Lampu disinfeksi ultraviolet dapat membunuh coronavirus

Fakta : Lampu UV sebaiknya TIDAK digunakan untuk mensterilkan tangan atau area kulit lainnya karena radiasi UV dapat menyebabkan iritasi kulit.

  1. Mitos : Penyemprotan alkohol atau klorin ke tubuh dapat membunuh coronavirus

Fakta  : Menyemprotkan alkohol atau klorin ke seluruh tubuh TIDAK akan membunuh virus yang telah memasuki tubuh, justru itu bisa berbahaya bagi kulit atau selaput lendir (seperti, mata, mulut).

  1. Mitos : Makan bawang putih mencegah terinfeksi coronavirus

Fakta  :Bawang putih adalah makanan sehat yang mungkin memiliki beberapa sifat antimikroba. Namun, TIDAK ada bukti dari wabah saat ini bahwa makan bawang putih telah melindungi orang dari coronavirus baru.

  1. Mitos : Orang yang lebih tua rentan dan yang muda sulit terkena coronavirus

Fakta  : Orang-orang dari SEGALA USIA dapat terinfeksi oleh coronavirus (COVID-19). WHO menyarankan orang-orang dari segala usia untuk mengambil langkah-langkah untuk melindungi diri dari virus, misalnya dengan mengikuti kebersihan tangan yang baik dan kebersihan pernapasan yang baik.

  1. Mitos : Antibiotik dapat mencegah serta mengobati coronavirus

Fakta  : Tidak, antibiotik TIDAK bekerja melawan virus, hanya bakteri. Coronavirus adalah virus dan oleh karena itu, antibiotik tidak boleh digunakan sebagai sarana pencegahan atau pengobatan.

  1. Mitos : Minum air putih dapat melindungi kita dari COVID-19

Fakta : Minum air puti TIDAK dapat melindungi kita dari COVID-19 namun itu membantu kita untuk terhidar dari COVID-19 dan baik bagi kesehatan.

  1. Mitos : COVID-19 menyebar lewat udara

Fakta : TIDAK menyebar lewat udara namun menyebar melalui percikan dan kontak jarak dekat.

  1. Mitos : Gejala COVID-19 hanya batuk kering tidak berdahak

Fakta : TIDAK, sebagian pasien COVID-19 mengalami pilek atau batuk berdahak sebagai gejalanya.

  1. Mitos : Berenang bisa terjangkit COVID-19

Fakta : Selagi kolam renang terjaga kebersihannya dan mengandung klorin yang tepat hal itu AMAN. Namun untuk saat ini disarankan untuk menghindari tempat ramai dan berjarak 1 meter dengan orang yang bersin atau batuk

Diharapkan dengan sudah diketahuinya mitos dan fakta di atas, seluruh lapisan masyarakat dapat lebih berhati-hati dalam menerima informasi. Tetap terapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat dimanapun dan kapanpun. Tetap #DiRumahAja untuk kita semua terkhusus keluarga dan orang tercinta dan always stay safe!. [Humas KSR PMI UNIT UNS/Rona Azzah Zalva Prastanti]

Sumber : WHO

PEMBAGIAN DONASI HANDKIT KEPADA MASYARAKAT OLEH KSR UNS

SOLO – Minggu (12/4) telah di laksanakan pembagian donasi berupa handkit (masker, hand sanitizer, dan leaflet) kepada masyarakat umum (tukang becak, ojek online, pedagang asongan dan orang rentan lainnya) dan warga Kaplingan RW 20 yang merupakan Desa Binaan KSR PMI Unit UNS.

Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari Open Donasi “Gerak Nyata Bantu Indonesia” yang dilakukan oleh KSR PMI Unit UNS pada tanggal 1 – 9 April 2020. Donasi terkumpul sejumlah uang Rp. 7.277.000,- , 432 masker dan 3.050 mililiter hand sanitizer. Seluruh donasi yang terkumpul akan diberikan kepada sasaran dalam bentuk handkit yang isinya terdiri dari masker kain, hand sanitizer dan leaflet yang berisi tentang edukasi seputar COVID-19.

Terkumpul 500 kantong handkit yang akan disalurkan ke 10 titik pembagian. Kegiatan ini dilaksanakan oleh anggota KSR PMI Unit UNS yang telah dilengkapi dengan APD (sarung tangan lateks dan masker) serta tetap senantiasa menerapkan physical distancing.

Titik 1 Pasar Ledoksari, Pasar Gede dan Balaikota (dok, Humas KSR UNS)

Titik 2 Belakang Kampus UNS Kentingan (dok, Humas KSR UNS)

Titik 3 Pasar Mojosongo (dok, Humas KSR UNS)

Titik 4 PGS, Beteng, Pasar Kliwon dan Pasar Klewer (dok, Humas KSR UNS)

Titik 5 RT 1 RW 20 Kaplingan, Jebres (dok, Humas KSR UNS)

Titik 6 RT 2 RW 20 Kaplingan, Jebres (dok, Humas KSR UNS)

Titik 7 RT 3 RW 20 Kaplingan, Jebres (dok, Humas KSR UNS)

Titik 8 RT 4 RW 20 Kaplingan, Jebres (dok, Humas KSR UNS)

Titik 9 RT 5 RW 20 Kaplingan, Jebres (dok, Humas KSR UNS)

Titik 10 RT 6 RW 20 Kaplingan, Jebres (dok, Humas KSR UNS)

“Maksud dan tujuan dari kegiatan ini adalah membantu masyarakat atau pekerja informal (sasaran donasi ) yang  membutuhkan masker dan hand sanitizer karena mereka kelompok riskan terserang Covid-19, serta menyadarkan masyarakat tentang pentingnya menggunakan masker dan mencuci tangan sesering mungkin untuk upaya pencegahan Covid-19” ujar Asih (Ketua Pembagian Donasi)

“Terimakasih KSR UNS, sangat bermanfaat karena ini membantu saya untuk bekerja diluar dan untuk menjaga kesehatan ” ujar Marwan (65 tahun, Tukang Becak)

Salah satu Anggota KSR PMI Unit UNS Qory Afdhila, menyampaikan bahwa respon masyarakat sangat positif, mereka sangat berterimakasih atas bantuan yang telah kita diberikan apalagi saat ada virus Covid-19, dan merasa bahwa barang-barang tersebut akan sangat bermanfaat bagi masyarakat dengan adanya edukasi pencegahan Covid-19.

Diharapkan dengan pemberian handkit ini masyarakat tahu dan paham bagaimana cara pencegahan sedini mungkin terkait dengan Covid-19. Dan masyarakat dapat menerapkan tentang cara mencuci tangan yang baik dan benar serta mengetahui waktu yang tepat untuk menggunakan hand sanitizer. (HUMAS KSR PMI Unit UNS)

 

 

SOCIAL DISTANCING, TINDAKAN KECIL BERDAMPAK BESAR

Social distance atau social distancing berarti menjaga jarak antar manusia dengan menghindari pertemuan besar atau kerumunan. Social distancing ini merupakan praktik untuk menjaga diri dengan menjaga jarak aman satu sama lain. Untuk mencegah penularan, ketika virus atau bakteri disebarkan dari batuk atau bersin, maka orang yang sedang sakit dapat mengikuti etika batuk yang benar dan orang yang sehat dapat menjaga jarak aman dari orang yang sakit.

Seseorang yang berdekatan dengan orang yang sedang sakit kurang dari 1 meter dapat menjadi rentan untuk sakit karena terpapar oleh virus/bakteri. Ini juga meminimalkan sekali kontak fisik dengan orang lain seperti mengurangi atau bahkan menghindari berjabatan tangan, berpelukan, atau mencium pipi.

Strategi agar Social Distance berjalan efektif:

(Dilansir dari Departement Safety and Security The University of Chicago)

  1. Mematuhi rekomendasi kebersihan publik seperti mencuci tangan setelah menyentuh benda-benda yang lazim digunakan orang sakit.
  2. Mencuci tangan yang baik setidaknya menggosok bagian-bagian tangan selama 20 detik menggunakan air dan sabun.
  3. Hindari menyentuh wajah, hidung, mulut, serta jangan menggosok kelopak mata Anda.
  4. Praktikkan etika batuk dan bersin dengan baik dan benar.
  5. Buang dengan baik barang-barang yang bersentuhan dengan mulut Anda, misalnya tisu, peralatan makan plastik, hingga sikat gigi bekas.
  6. Hindari berinteraksi dengan orang yang menunjukkan tanda-tanda mengalami sakit
  7. Jika bekerja dalam jarak dekat dengan rekan kerja Anda, pastikan untuk menjaga jarak hingga dua meter, jika tidak memungkinkan, setidaknya hingga satu meter paling dekat.
  8. Hindari juga untuk berkumpul di area publik, seperti ruang teater, atau pertandingan olahraga
  9. Jika memungkinkan, lakukan aktivitas fisik dan berolahraga setiap harinya untuk menjaga kebugaran tubuh.
  10. Selama masa social distancing, manfaatkan waktu berkualitas untuk keluarga. Berikan pembelajaran dan kenalkan pola-pola hidup sehat kepada anak-anak.

Dan perlu diketahui ketika semua lapisan masyarakat menerapkan Social Distancing atau #DiRumahAja dapat menekan angka kasus Covid-19 di dunia, terkhusus di Indonesia. Hal itu bisa terjadi karena rantai penularan dari Covid-19 akan terputus satu per satu, dalam artian ketika seseorang dinyatakan positif Covid-19, maka persebaran virus cukup sampai orang itu saja, karena tidak ada lagi tubuh manusia yang diserang, tidak ada rantai-rantai persebaran dari virus tersebut. Bersama kita menekan angka Covid-19 dan tetaplah di rumah masing masing, tidak perlu berpergian ketika memang tidak penting, selalu jaga kesehatan dan selalu terapkan pola hidup bersih dan sehat dimanapun dan kapanpun. (Humas KSR PMI Unit UNS/Awab Sajid)

Sumber : IFRC & Departemen Safety and Security The University Of Chicago

 

KAMPANYE CUCI TANGAN DALAM UPAYA PREVENTIF PENYEBARAN CORONA BERSAMA PMI SOLO

 

Solo – Minggu (8/3) dilaksanakan aksi Kampanye Cuci Tangan dalam Upaya Preventif Penyebaran Corona di CFD Jalan Slamet Riyadi Solo oleh PMI Solo. Kegiatan yang diselenggarakan oleh PMI Solo ini juga mengundang perwakilan KSR se-Solo untuk ikut berpartisipasi dalam aksi kampanye tersebut.

Terdapat serangkaian acara dalam kampanye ini, yang pertama yaitu Talk Show bersama dr. Arina Hidayati, S.Farm.,APT dan dr. Agni Romadhona. Talk Show tersebut membahas tentang apa saja media penularan dari virus corona dan bagaimana kita menyikapi hal tersebut serta upaya pencegahan yang dapat kita lakukan mengenai virus corona.

Talk Show bersama dr. Arina Hidayati, S.Farm.,APT dan dr. Agni Romadhona

Acara selanjutnya yaitu flashmob Cuci Tangan bersama teman-teman dari KSR dan warga solo. Dilanjutkan dengan aksi cuci tangan yang baik dan benar bersama-sama.

 

        Flashmob Cuci Tangan

Aksi Cuci Tangan Bersama

“Manfaat dengan adanya kampanye cuci tangan ini kita dapat mempromosikan dan memberi pengetahuan kepada masyarakat tantang wabah corona virus dan upaya pencegahannya bagaimana yaitu dengan salah satunya cuci tangan” ujar Hani (Komandan KSR PMI Unit Akupuntur Poltekkes)

Bagi warga solo yang mengikuti aksi cuci tangan akan mendapat jamu dan hand sanitizer yang sudah disediakan oleh PMI Solo. Pembagian jamu dan hand sanitizer ini bertujuan untuk memberitahu serta mengingatkan warga solo tentang pentingnya menjaga kesehatan dan kebersihan tubuh.

Pembagian Jamu dan Hand Sanitizer

“Ya jadi kegiatan PMI Surakarta ini, kita ada tiga kegiatan yaitu pembagian jamu, pembagian hand sanitizer, serta cuci tangan bersama masyarakat Surakarta, cuci tangan yang baik dan benar menurut kesehatan. Jadi diharapkan kegiatan ini bisa menjadikan awal hidup sehat yang dapat menncegah virus yang ada atau yang sedang berkembang. Dan dengan hidup sehat ini kita kebal terhadap virus yang masuk ke tubuh kita. Sebenarnya masyarakat Solo sudah peduli, ini upaya kita untuk mengingatkan untuk lebih peduli lagi” ujar Dr. Agus Setyo Utomo, SE, M.Si, Ak. CA, A.CPA (Kepala Markas PMI Surakarta)

Dari kegiatan ini diharapkan bahwa warga Solo dapat lebih peduli dan berhati-hati mengenai kebersihan dan kesehatan tubuh agar tidak terkena virus yang sedang berkembang. (HUMAS KSR PMI Unit UNS/Rona Azzah Zalva Prastanti)

 

TELINGA SEHAT, PENDENGARAN KUAT

Tepat dua hari yang lalu (3/3) di peringati sebagai Hari Kesehatan Telinga dan Pendengaran (HKTP). Peringatan Hari Kesehatan Telinga dan Pendengaran bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan telinga dan pencegahan terhadap gangguan pendengaran.

Sudah seharusnya kita menjaga dan merawatnya agar tetap bersih dan sehat. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa terdapat beberapa gangguan yang dapat terjadi pada telinga kita. Apasih gangguan pendengaran itu dan apa saja jenis gangguan pendengaran yang dapat terjadi ?

GANGGUAN PENDENGARAN

Gangguan Pendengaran adalah kehilangan pendengaran di salah satu atau kedua telinga.  Tingkat penurunan gangguan pendengaran terbagi menjadi ringan, sedang, sedang berat, berat dan sangat berat.

JENIS GANGGUAN PENDENGARAN

  • Tuli  Sejak Lahir  (Tuli Kongenital), Hably Warganegara, mengatakan, tuli kongenital rentan diderita bayi sejak lahir baik itu tuli sebagian atau tuli secara total. Ketulian ini disebabkan riwayat saat kehamilan dan persalinan maupun infeksi.
  • Sumbatan  Serumen  (Kotoran Telinga), Serumen prop merupakan keadaan dimana saluran telinga bagian luar tersumbat oleh tumpukan serumen atau kotoran telinga.
  • Otitis Media  Supuratif Kronik (OMSK/Congek), Otitis media supuratif kronik adalah radang kronik telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan riwayat keluarnya sekret dari telinga (otorea) lebih dari 2 bulan, terus-menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah.
  • Gangguan  Pendengaran Akibat Bising (GPAB), Gangguan pendengaran akibat bising (GPAB) merupakan gangguan berupa penurunan fungsi indera pendengaran akibat terpapar oleh bising dengan intensitas kebisingan yang berlebih secara terus menerus dalam waktu lama.
  • Tuli karena  usia lanjut (Presbikusis), Presbikusis adalah menurunnya kemampuan mendengar akibat pertambahan usia. Kondisi ini ditandai dengan sulitnya mendengar suara bervolume tinggi, seperti dering telepon atau bunyi alarm.

 

PENYEBAB GANGGUAN PENDENGARAN

  1. Kerusakan telinga bagian dalam karena penuaan dan paparan suara yang keras secara terus menerus
  2. Penumpukan kotoran telinga karena jarang dibersihkan
  3. Penumbuhan tulang atau tumor dalam telinga
  4. Pecahnya gendang telinga karena perubahan tekanan dan suara yang signifikan

AKIBAT GANGGUAN PENDENGARAN

Pada Orang Dewasa :
Gangguan pendengaran mempunyai dampak dalam hal berkomunikasi, emosional dan hubungan sosial

Pada Anak-Anak :

  • Dapat mempengaruhi nilai akademik/prestasi belajar,
  • Dapat mengakibatkan gangguan perkembangan wicara

TIPS MENJAGA KESEHATAN TELINGA

  1. Tidak disarankan lagi membersihkan telinga menggunakan Cotton Bud
  2. Menjaga telinga agar selalu tetap kering
  3. Rajin melakukan check up pada dokter spesialis
  4. Mendengarkan musik melalui headphone atau semacamnya
  5. Gunakan 60/60 rule, volume tidak lebih dari 60% dan tidak lebih dari 60 menit sehari

Yuk jaga kesehatan telinga untuk pendengaran yang baik, mulai dari sekarang dan ajak seluruh kerabat terkasih untuk menjaga dan merawat telinga. [HUMAS KSR PMI Unit UNS/Rona Azzah Zalva Prastanti]

Sumber : mayoclinic.org dan P2PTM Kemenkes RI

Pelantikan Pengurus KSR PMI Unit UNS Periode 2020 “Bersinergi Dalam Langkah, Mengabdi Dengan Ikhlas”

KSR Pagi!!!

Penetapan pengurus KSR PMI Unit UNS Periode 2020  telah terlaksana pada hari Kamis (13/2) pukul 16.00 WIB di Ruang Werkudara lantai 2 Perpustakaan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Kegiatan ini melantik 23 orang pengurus baru KSR PMI Unit UNS periode 2020 yang menggantikan Pengurus Periode 2019 dibawah pimpinan Ketua Umum Muhammad Arif Sudarsono. Pelantikan Pengurus baru ditandai dengan serah terima jabatan kepada Ketua Umum Terpilih Roid Shalahuddin Muflih. Serta pengucapan Sumpah Jabatan yang sekaligus mengawali periode Pengurus 2020 secara legal.

dok HUMAS KSR PMI Unit UNS

Dalam kesempatan ini Ketua Umum Muhammad Arif Sudarsono menyampaikan bahwa “dalam sebuah organisasi yang di lihat itu tidak hanya organisasi itu bagus, akan tetapi adanya regenerasi di dalamnya”.

Pelantikan pengurus KSR PMI Unit UNS periode 2020 ini dihadiri oleh Ardiya Megawati dan Ita Arleni selaku Alumni KSR, Drs. Rohman Agus Pratomo selaku Kepala Biro Mawa UNS, DR. Agus Setyo Utomo, SE, M.SI, Ak, CA, CPA selaku Kepala Markas PMI Kota Surakarta, perwakilan KSR Unit se Surakarta dan perwakilan dari Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) tingkat universitas di UNS.

Pada kegiatan ini Pak Tomi berpesan bahwa dengan adanya pergantian kepengurusan ini harapannya akan membawa KSR UNS menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya, pengabdian yang luar biasa selalu di tunjukkan maka dari itu teruslah dan tetap mengabdi untuk sesama.

“Bersinergi Dalam Langkah, Mengabdi Dengan Ikhlas itu merupakan jargon yang akan kami bawa dalam satu kepengurusan kedepan, walaupun berbeda dengan jargon sebelumnya tujuan kita tetap sama yaitu untuk mewujudkan KSR UNS JAYA! ” ujar Ketua Umum Terpilih Roid Shalahuddin Muflih. (Humas KSR PMI Unit UNS/Rona Azzah Zalva Prastanti)