Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (80%) orang Indonesia yang tertular COVID-19 hanya mengalami gejala ringan dan kemudian melakukan isolasi mandiri di rumah sampai sembuh. Pasien yang berada di rumah sakit juga mengalami karantina namun hanya beberapa yang membutuhkan perawatan intensif atau akhirnya meninggal, tingkat kematian ditaksir 5%.

Walaupun tingkat kematian yang seolah kecil, waspada harus menjadi nomor satu dikarenakan tidak sedikit orang yang sudah terinfeksi tetapi tidak mengalami gejala sebelumnya.

Wabah COVID-19 di Indonesia menunjukkan adanya tiga hal yang penting untuk diperhatikan dalam pengambilan kebijakan mitigasi wabah, yaitu :

  1. Penyakit ini cenderung memberikan dampak yang lebih besar dan berat pada orang dengan tiga penyakit bawaan yaitu diabetes, darah tinggi dan jantung.
  2. Mayoritas pasien yang mengalami dampak parah akibat penyakit bawaan adalah laki-laki di usia produktif, karena mereka tidak sadar dengan kondisi kesehatan mereka sendiri.
  3. Dampaknya akan sangat besar pada roda perekonomian Indonesia, karena besarnya angka pasien yang sakit bahkan meninggal akibat COVID-19 adalah dari kelompok umur produktif, yang merupakan penggerak roda ekonomi utama di Indonesia.

Tingkat kematian merupakan satu indikator yang penting, maka dari itu perlunya mengetahui serta memahami karakteristik dan pola korban agar pemerintah dapat mengambil kebijakan dalam mempersiapkan masyarakat.

TIGA POLA KEMATIAN UTAMA AKIBAT COVID-19

  1. Laki-laki lebih rentan

Dari tabel yang tersedia di Global Health per 23 April 2020 menunjukkan tingkat kematian laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan. Dari 29 negara terdapat 27 negara yang melaporkan rasio korban meninggal laki-laki lebih tinggi.  Akan tetapi Indonesia belum mengumumkan pembagian data kasus berdasarkan jenis kelamin.

  1. Orang lanjut usia lebih rentan

Bukti menurut grafik pada Global Health Italia menunjukkan bahwa yang paling rentan terhadap COVID-19 adalah laki-laki dan seseorang yang berumur >60 tahun. Kemudian menurut China CDC 14 Februari 2020 menunjukkan bahwa lonjakan angka kematian tertinggi adalah orang yang berumur >60 tahun.

  1. Penyakit kronis penyerta

Seseorang akan lebih mudah terinfeksi COVID-19 apabila terdapat penyakit penyerta terutama diabetes, darah tinggi dan jantung (atau penyakit trisula disebutnya). Akan tetapi uniknya menurut penelitian yang dilakukan bahwa Indonesia merupakan negara yang memiliki angka rasio kematian tertinggi pada kelompok usia produktif (40+). Pandemi ini berpotensi memperparah dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh krisis kesehtan dalam jangka yang panjang, karena kelompok usia produktif merupakan motor ekonomi keluarga dan motor produktifitas negara. Menurut penelitian yang dilakukan pada tahun 2014 dan 2019 bahwa dua per tiga penyandang penyakit trisula tidak sadar akan bahaya dari penyakit tersebut dan tidak bisa dalam mengendalikan penyakitnya.

Sumber : di olah dari data DKI Jakarta

Dengan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa, bahayanya wabah COVID-19 di Indonesia yang memiliki kecenderungan lebih tinggi menyerang kelompok usia produktif berdampak pada semakin pentingnya langkah dan kebijakan yang di ambil pemerintah dalam memutus rantai persebarannya.

Adapula tindakan khusus yang dapat dilakukan, seperti :

  • Pemantauan orang dalam pengawasan dengan menanyakan penyakit trisula
  • Memberi perhatian khusus terhadap segmen pedesaan, karena banyak yang terjangkit trisula dalam tidak mendapatkan obat sebagai haknya
  • Menegakkan pembatasan jaga jarak serentak dan menyediakan pengaman sosial kepada yang terdampak terutama pada pekerja informal.

Maka dari itu dari pemaparan tiga hal penting dalam pengambilan kebijakan ini diharapkan bahwa langkah mitigasi yang dirancang harus dibangun dengan memperhitungkan tiga pola di atas. Yuk bersama kita taati kebijakan yang akan atau sudah dibuat oleh pemerintah, tetap #diRumahAja untuk kita semua. (Humas KSR PMI Unit UNS/Rona Azzah Zalva Prastanti)

Sumber : KawalCOVID19.id