Upaya pemerintah dalam mengatasi pandemi COVID-19 salah satunya adalah dengan menggencarkan vaksinasi COVID-19 untuk seluruh lapisan masyarakat. Sobat KSR UNS pernah dengar istilah Herd Immunity? Apa hubungan herd immunity dengan vaksinasi dalam mengatasi kasus COVID-19? Yuk simak penjelasannya!

Menurut World Health Organization (WHO), herd immunity atau kekebalan kelompok merupakan ketika terciptanya perlindungan atau kekebalan terhadap penyakit menular tertentu pada suatu populasi manusia jika ambang cakupan imunisasi tercapai. Kekebalan kelompok dapat tercapai dengan cara vaksinasi.

Baca juga : Akhiri Pandemi Covid-19 dengan Vaksinasi

Ilustrasi perbandingan kondisi ketika tercapainya herd immunity (Sumber : Shelby Lawton from cavalierdaily.com)

Pada laman infeksiemerging.kemkes.go.id, dijelaskan bahwa apabila sejumlah 80% dari populasi kebal terhadap suatu virus, berarti ketika empat dari lima orang bertemu dengan seseorang yang terinfeksi penyakit, maka orang tersebut tidak akan sakit atau menyebarkan virus tersebut sehingga penyebaran virus dapat dikendalikan.

Persentase orang yang harus divaksinasi untuk mencapai herd immunity bervariasi pada setiap jenis penyakit ya Sobat. Semakin menular suatu penyakit, semakin besar proporsi populasi yang harus memiliki kekebalan terhadap penyakit untuk menghentikan penyebarannya. Misalnya pada penyakit campak membutuhkan sekitar 95% dari populasi yang harus sudah divaksinasi. Beberapa persen sisanya akan dilindungi oleh fakta bahwa campak tidak akan menyebar di antara mereka yang sudah divaksinasi.

Baca juga : Mengenal KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) Setelah Vaksinasi COVID-19

Ketercapaian herd immunity pada setiap jenis penyakit sangat dipengaruhi oleh jumlah populasi manusia (Sumber : publichealth.jhu.edu)

Vaksin melatih sistem kekebalan untuk melawan penyakit dengan menciptakan suatu protein atau yang disebut sebagai ‘antibodi’. Vaksin bekerja tanpa membuat seseorang mengalami rasa sakit. Vaksin akan melindungi dari infeksi virus sehingga tidak menularkan kepada orang lain.

Dilansir pada laman covid19.go.id, Ilmuwan WHO Dr. Soumya Swaminathan mengatakan bahwa virus SARS-CoV-2 adalah virus yang sangat mudah menular sehingga dibutuhkan setidaknya 60-70% dari populasi memiliki kekebalan agar benar-benar dapat memutuskan rantai penularan COVID-19.

Salah satu tujuan menuju kekebalan kelompok adalah untuk menjaga kelompok rentan yang tidak dapat divaksinasi tetap aman dan terlindungi juga dari penyakit, misalnya seseorang yang bereaksi alergi terhadap vaksin, bayi yang baru lahir atau orang yang memiliki sistem imun yang lemah.

Baca juga : KENALI FENOMENA LONG COVID : Gejala dan Cara Menanganinya

Cara Mencapai Herd Immunity

Ilustrasi vaksinasi massal COVID-19 guna mencapai herd immunity (Sumber : beritasatu.com oleh Antara)

Kekebalan kelompok tercapai ketika cukup banyak orang dalam populasi telah pulih dari penyakit dan memiliki antibodi terhadap infeksi di masa depan. Terdapat dua jalur utama untuk menuju herd immunity COVID-19 yaitu infeksi alami dan vaksinasi.

Menciptakan kekebalan kelompok dengan infeksi alami akan menimbulkan beberapa masalah lainnya. Seseorang dapat terinfeksi kembali dan belum jelas seberapa lama dapat terlindungi dari infeksi, bahkan dapat terjadi komplikasi serius dan kematian, terutama pada kelompok rentan. Hal ini juga dapat menyebabkan sistem perawatan kesehatan menjadi tidak terkendali bahkan kewalahan.

Berbeda dengan infeksi alami, vaksin dapat menciptakan kekebalan kelompok tanpa menyebabkan penyakit atau komplikasi. Mencapai kekebalan kelompok dengan vaksin merupakan cara yang aman dan efektif untuk mengurangi penyebaran atau infeksi sehingga lebih banyak nyawa terselamatkan. Cara ini sudah terbukti dalam mengendalikan panyakit menular lainnya seperti cacar, polio, difteri, dan rubella.

Baca juga : Penyakit Tidak Menular (PTM) Tingkatkan Risiko Kematian Akibat COVID-19

Tantangan Mencapai Herd Immunity dengan Vaksinasi COVID-19

Ilustrasi munculnya keraguan masyarakat terhadap vaksinasi sebagai upaya mencapai herd immunity  (Sumber : healthline.com dari Georgi Nutsov/Getty Images)

1. Keraguan terhadap vaksin

Beberapa orang mungkin keberatan untuk mendapatkan vaksin COVID-19 karena keberatan agama, kekhawatiran tentang kemungkinan risiko, atau skeptis tentang manfaatnya.

2. Pertanyaan tentang perlindungan vaksin

Banyak menjadi pertanyaan seberapa lama vaksin COVID-19 akan melindungi seseorang dari COVID-19. Penelitian menunjukkan bahwa vaksin COVID-19 mungkin dapat berkurang efektivitasnya terhadap munculnya beberapa varian baru virus yang bisa lebih tahan terhadap vaksin.

3. Distribusi vaksin yang tidak merata

Distribusi vaksin COVID-19 sangat bervariasi antar atau dalam negara. Jika satu komunitas mencapai tingkat vaksinasi COVID-19 yang tinggi dan daerah sekitarnya masih rendah, maka wabah masih dapat terjadi jika populasinya bercampur.

Baca juga : Pakar Kesehatan Angkat Bicara Seputar Mutasi COVID-19 dalam Webinar Nasional yang Diselanggarakan oleh KSR UNS

Vaksinasi merupakan cara yang efektif dan aman dalam mencapai herd immunity. Perlu Sobat KSR UNS pahami juga bahwa pemberian vaksin bukan berarti kamu menjadi aman dan kebal dari infeksi COVID-19 lho, tetapi kamu akan menjadi lebih tangguh dalam menghadapi COVID-19. Tentunya tetap tanpa mengabaikan protokol kesehatan dan menjaga kebersihan untuk meminimalisir penularan penyakit ya Sobat! Mari kita wujudkan herd immunity, salah satunya dengan vaksinasi. Stay safe and stay healthy Sobat KSR UNS! [Humas KSR PMI Unit UNS/Aulia Yulia Maryani]

Sumber :

https://www.who.int/news-room/q-a-detail/herd-immunity-lockdowns-and-covid-19?gclid=CjwKCAjwwsmLBhACEiwANq-tXGPgR1De12z_DOElEnAHi4r1UjsJ1kiv45C0lIcClGlHe56IwZyVLRoChtUQAvD_BwE#

https://covid19.go.id/berita/mengulik-tentang-herd-immunity-covid-19

https://infeksiemerging.kemkes.go.id/uncategorized/apa-itu-herd-immunity-kekebalan-kelompok

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/coronavirus/in-depth/herd-immunity-and-coronavirus/art-20486808