Halo Sobat KSR UNS sering kali kita bertanya-tanya “ Apakah COVID-19 sudah ada obatnya?” namun belum ada penjelasan pasti mengenai hal tersebut, beberapa waktu lalu muncul berita mengenai calon obat antivirus COVID-19 ternyata yang dimaksud adalah penelitian Molnupiravir. Apa Itu Molnupiravir?? Molnupiravir atau MK-4482/EIDD-2801 adalah obat antivirus yang dikonsumsi secara oral (diminum). Awalnya, obat ini dikembangkan sebagai obat flu oleh Emory University di Amerika Serikat. Molnupiravir dikembangkan atas kerja sama perusahaan Merck dan Ridgeback Biotherapeutics. Dalam publikasi resmi di situs Merck, molnupiravir secara signifikan dapat mengurangi risiko rawat inap atau kematian pada pasien dewasa dengan gejala covid ringan hingga sedang. Antivirus ini berpotensi menjadi obat Covid-19 secara oral yang tepat dan nyaman untuk diberikan kepada pasien rawat jalan. Keamanan dan efektivitas molnupiravir sebagai obat penyakit COVID-19 akibat infeksi virus Corona saat ini tengah diuji. Awalnya obat ini dikembangkan sebagai obat influenza dengan dosis pemberian 2 kali sehari selama 5 hari. Karena masih dalam tahap uji klinis, izin penggunaan darurat obat molnupiravir masih belum tersedia dan belum diterbitkan secara resmi, baik oleh FDA maupun BPOM. Obat ini juga belum tersedia di Indonesia. Cara kerja Molnupiravir ?? Ketika dibandingkan dengan perawatan COVID-19 lainnya yang memerlukan transfusi intravena yang mahal seperti antibodi monoklonal dan plasma pemulihan, pemberian Molnupiravir ini akan lebih mudah. Sebelumnya, obat antivirus remdesivir adalah satu-satunya obat dengan persetujuan penuh Food and Drug Administration untuk mengobati COVID-19, juga harus dikirim ke aliran darah. Molnupiravir diketahui mampu mengurangi tingkat keparahan dan menurunkan risiko penularan virus COVID-19 pada pasien bergejala ringan hingga sedang. Beberapa studi praklinis menyatakan bahwa aktivitas antivirus dalam Molnupiravir dapat melawan beberapa virus corona, termasuk SARS-Cov-2 penyebab Covid-19. Molnupiravir bekerja dengan cara mengganggu proses replikasi virus sehingga perkembangbiakannya dapat dihambat. Dalam hal ini, Molnupiravir telah terbukti aktif dalam beberapa model praklinis, termasuk pencegahan infeksi, pengobatan, pencegahan, dan penularan penyakit. Itulah mengapa molnupiravir dinilai efektif untuk mengendalikan jumlah virus dalam tubuh penderita COVID-19 serta memperbaiki kondisi penderita. Hasil Uji Klinis Obat Molnupiravir untuk COVID-19 Sebelum dinyatakan layak dan aman digunakan untuk mencegah atau mengobati penyakit tertentu, suatu obat atau vaksin baru perlu dikaji melalui uji klinis bertahap, yaitu uji klinis fase I, II, dan III. Begitu juga dengan molnupiravir.Data dari hasil uji klinis fase I dan II menunjukkan bahwa molnupiravir aman digunakan dan cukup efektif dalam mengurangi jumlah virus Corona pada penderita COVID-19 derajat ringan. Selanjutnya, hasil sementara uji klinis fase III menunjukkan bahwa molnupiravir juga mampu mengurangi kebutuhan rawat inap di rumah sakit serta menekan risiko kematian hingga sekitar 50%, khususnya pada pasien COVID-19 derajat ringan hingga sedang. Obat ini juga belum terlihat menimbulkan efek samping yang serius. Karena hasil penelitian klinisnya sejauh ini cukup baik, molnupiravir diangggap berpotensi tinggi untuk digunakan dalam pengobatan penyakit COVID-19. Meski demikian, masih dibutuhkan data yang lebih lengkap untuk memastikan efektivitas dan keamanan obat ini. Oleh karena itu, uji klinis molnupiravir di fase III masih terus berlanjut. Pengembangan obat antivirus baru, termasuk molnupiravir, merupakan langkah penting dalam penanganan pandemi COVID-19. Namun, perlu diingat ya Sobat bahwa untuk menekan angka penularan COVID-19, Anda tetap harus mematuhi protokol kesehatan, yakni dengan sering mencuci tangan menggunakan air dan sabun atau hand sanitizer, mengenakan masker saat beraktivitas di luar rumah, menjaga jarak dengan orang lain, menghindari keramaian, dan mendapatkan vaksin COVID-19. Stay safe and stay healthy Sobat KSR UNS! [Humas KSR PMI Unit UNS/Vera Yuliati] Sumber : https://www.alodokter.com/mengenal-molnupiravir-obat-baru-untuk-covid-19 https://www.cnbcindonesia.com/tech/20211004110145-37-281167/fakta-molnupiravir-obat-oral-pertama-yang-ampuh-lawan-covid https://www.sehatq.com/artikel/potensi-molnupiravir-untuk-obat-covid-19
Penyebab Fenomena Cuaca Panas Ekstrim di Selatan Indonesia
Beberapa hari terakhir ini cuaca panas ekstrim melanda beberapa titik di pulau Jawa. Suhu udara pada siang hari terasa cukup panas, tidak nyaman dan menganggu aktivitas sehari-hari. Apakah Sobat #KSRUNS juga merasakannya? Menurut BMKG kondisi ini dominan terjadi di selatan Katulistiwa, dan dikaitkan dengan adanya gerak semu Matahari. Pada bulan September, Matahari berada di sekitar wilayah katulistiwa dan akan terus bergerak ke belahan Bumi selatan hingga bulan Desember. Sehingga pada bulan Oktober ini, posisi semu Matahari akan berada di sekitar wilayah Indonesia bagian Selatan yang meliputi wilayah Sulawesi Selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan sebagainya. Kondisi tersebut menyebabkan radiasi yang diterima oleh permukaan bumi di wilayah tersebut relatif lebih banyak, sehingga meningkatkan suhu udara pada siang hari. Gerak semu matahari ini merupakan siklus yang terjadi setiap tahun, sehingga potensi suhu udara yang panas seperti ini juga dapat berulang setiap tahun sesuai dengan siklusnya. Nah, bagi Sobat #KSRUNS jangan lupa untuk tetap mejaga kesehatan dengan cara mengkonsumsi asupan makanan sehat serta buah-buahan dan meminum air yang cukup agar terhindar dari dehidrasi. Sobat juga jangan lupa menggunnakan tabir surya agar memperkecil dampak terpaparnya radiasi Matahari ya ^_^. (Humas KSR PMI Unit UNS/ Lela Hasna)