“Hanya ada secuil harapan bahwa mereka masih hidup, tapi kami harus melakukannya. Kami harus maju ke depan dan hanya itu yang harus kami kerjakan.” kata Laksamana Muda, Arpakorn Yuukongkaew.


 

 

Misi mustahil penyelamatan 12 anak laki-laki dan seorang pelatih sepak bola yang terjebak 17 hari di Gua Thang Luam berhasil dilakukan. Mereka diselamatkan dalam kondisi kesehatan yang baik pada hari Minggu (8/7/2018).

Masih hangat didalam benak kita berita tentang penyelamatan anak-anak Thailand yang begitu menyita perhatian semua pihak hingga menelan korban, seorang mantan penyelam Angkatan Laut Thailand, Saman Kunan.

Misi ini dianggap mustahil, karena sejak keberadaan mereka dipastikan Senin 2 Juli 2018, waktu untuk melakukan penyelamatan sangatlah terbatas. Dengan level oksigen di dalam gua yang menurun dari level 21 persen ke level 15 persen. Sementara itu, hujan lebat diperkirakan terjadi pada hari Minggu 8 Juli 2018,  dengan ancaman banjir lanjutan meningkat.

Tim penyelamat militer dan sipil harus berlomba dengan waktu dalam mengevakuasi para korban ke situasi yang lebih aman meskipun dengan berbagai kendala yang ada. Tapi upaya penyelamatan ekstrem tetap harus dilakukan.

Teknik penyelamatan yang berani dan berbahaya pun dilakukan untuk mengevakuasi para korban, yaitu membawa anak-anak yang tidak bisa berenang menyelam ke luar gua dengan didampingi oleh dua penyelam. Salah satu dari penyelam tersebut berada di samping korban dan penyelam lainnya membantu di belakang. Mereka berhasil sampai ke pintu masuk gua karena mengikuti tali sepanjang 3,8 kilometer.

Evakuasi ini memakan waktu hingga 3 hari dan mereka diangkat dalam tiga gelombang. Selama periode itu, mereka bertahan hidup dengan meminum air yang menetes dari dinding gua.

 

 

Anak-anak tersebut hari ini tanggal 18 Juli 2018 untuk pertama kalinya sudah diijinkan untuk pulang setelah menjalani perawatan pasca kejadian ini.

Tanpa keputusan yang tepat serta tindakan yang cepat, besar kemungkinan misi ini tidak akan terlaksana dengan baik. Tanpa bantuan semua relawan yang terjun langsung ke lokasi, misi ini pun akan benar-benar menjadi misi mustahil. Seorang relawan dituntut untuk mendahulukan keselamatan korban di atas segalanya dalam berbagai kondisi. Meskipun harus mepertaruhkan nyawa dalam secuil harapan, evakuasi tetap harus berjalan sebagaimana mestinya.

 

 

sumber : kumparan.com dan BBC.com