1. Dalam dan Luas Luka Bakar

Luka bakar dapat disebabkam oleh panas, arus listrik atau bahan kimia yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan-jaringan yang lebih dalam. Dalam pengelolaan luka bakar perlu diketahui baik luas maupun dalanya luka bakar.

A. Dalam luka bakar

> Tingkat I

Hanya mengenai epidermis

>Tingkat II

Dibagi menjadi:

a) Superfisial, mengenai epidermis dan lapisan atas dari corium. Elemen-elemen epitelial yaitu dinding dari kelenjar keringat, lemak dan folikel rambut masih banyak. Karenanya penyembuhan/ epitelialisasi akan mudah dalam 1-2 minggu tanpa terbentuk cicatrix

b) Dalam, sisa-sisa jaringan epitelial tinggal sedikit, penyembuhan lebih lama 3-4 minggu dan disertai pembentukan parut hipertropi.

c. Tingkat III

Mengenai seluhur tebal kulit, tidakada lagi sisa elemen epitelial. Luka bakar yang lebih dalam dari kulit seperti sub kutan dan tulang dikelompokanjuga pada tingkat III.

B. Luas Luka Bakar

Wallce membagi tubuh atas bagian-bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama Rule of Nine.

  1. 2. Pengelolaan Luka Bakar

Prioritas pengelolaan penderita luka bakar secara umum perlu dierhatikan seperti pengelolaan penderita trauma pada umumnya yaitu, Airway, Breathing, dan Circulation.

A.  Terapi Cairan

Orang dewasa dengan luka bakar tingkat II-III 20 % atau lebih sudah ada indikasi untuk pemberian infus karena kemungkinan timbulnya syok. Sedangkan pada orang tua dan anak-anak batasnya 15%.

Formula yang dipakai untuk pemberian cairan adalah formula menurut Baxter. Formula Baxter terhitung dari saat kejadian maka (orang dewasa):

  • · 8 jam pertama ½ (4cc x KgBB x % luas luka bakar) Ringer Laktat
  • · 16 jam berikutnya ½ (4cc x KgBB x % luas luka bakar) Ringer Laktat ditambah 500-1000cc koloid.

Modifikasi Formula Baxter untuk anak-anak adalah:

  • · Replacement : 2cc/ KgBB/ % luas luka bakar
  • · Kebutuhan faali : Umur sampai 1 tahun 100cc/ KgBB

Umur 1-5 tahun 75cc/ KgBB

Umur 5-15 tahun 50cc/ Kg BB________+

Total Cairan

Sesuai dengan anjiuran Moncrief maka 17/20 bagian dari total cairan diberikan dalam bentuk larutan Ringer Laktat dan 3/20 bagian diberikan dalam bentuk koloid. Ringer lakatat dan koloid diberikan bersama dalam botol yang sama. Dalam 8 jam pertama diberikan ½ jumlah total ciran dan dalam 16 jam berikutrnya diberikan ½ jumlah total cairan.

Formula tersebut hanyalah suatu pedoman, suatu estimasi yang kasar. Jangan sekalikali fanatik terhadap formula tersebut melainkan selalu dikoreksi melalui tanda-tanda klinis penderita dan laboratorium apakah cairan yang diberikan sudah memadai.

B. Pengelolaan Nyeri

Nyeri yang hebat dapat menyebabkan neurogenik syok yang terjadi pada jam-jam pertama setelah trauma. Morphin diberikan dalam dosis 0,05 mg/Kg (iv).

C. Perawatan luka

a. Perawatan pertama

– Segera setelah terbakar, dinginkan luka dengan air dingin, yang terbaik dengan temperatur 20oC selama 15 menit

– Luka bakar tingkat I tidak memerlukan pengobatan khusus, dibersihkan dan diberi analgetika saja.

– Luka bakar tingkat II dan III, penderita dibersihkan seluruh tubuhnya, rambutnya dikeramasi, kuku-kuku dipotong, lalu lukanya dibilas dengan cairan yang mengandungdesinfektan seperti sabun cetrimid 0,5% (savlon) atau Kalium permanganat. Kulit-kulit yang mati dibuang, bullae dibuka karena kebanyakan cairan di dalamnya akan terinfeksi

b. Perawatan Definitif

– Perawatan tertutup

Setelah luka bersih, ditutup dengan selapis kain steril berlubang-lubang (tulle) yang mengandung vaselin dengan atau tanpa antibiotika lalu dibebat tebal untuk mencegah evaporasi dan melindungi kulit dari trauma dan bakteri. Sendi-sendi ditempatkan pada posisi full extension.

– Perawatan Terbuka

Eksudat yang keluar dari luka beserta debris akan mengering akan menjadi lapisan eschar. Penyembuhan akan berlangsung dibawah eschar. Penderita dirawat di dalam ruangan isolasi. Setiap eschar yang pecah harus diberikan obat-obatan lokal dan dikontrol bila ada penumpukan pus dibawah eschar maka haru dilakukan pempukaan eschar (escharotomi).

– Perawatan Semi terbuka

Sama seperti perawatan terbuka tetapi diberikan juga obat-obatan lokal. Obat lokal berberntuk krim yang akan melunakkan eschar dan memudahkan perawatan untuk dibersihkan.

c. Obat-obatan lokal

– Silver sulfadiazin krim 1% diberikan sehari sekali. Silver sulfadiazin bekerja sebagai bakterisida yang efektif terhadap kuman gram positif.

d. Mandi

– Badan penderita setiap 1-2 hari setelah resusitasi selesai harus dibersihkan dari kotoran yang melekat dengan memandikannya. Luka dibilas dengan cairan yang mengandung desinfektan (savlon 1:30 atau Kalium Permanganat 1:10.000). Escharotomi pada perawatan terbuka umumnya dikerjakan pada minggu kedua dengan cara eksisi memakai pisau, dermatom, elektro eksisi atau enzimatik (kolagenase).

e. Skin Grafting

– Skin grafting sangat penting untuk penderita untuk mempercepat penyembuhan, mengurangi kehilangan cairan.

f. Antibiotika Sistemik

– Bakteri yang berada pada luka umumnya gram positif dan hanya berkembang setempat, tetapi bakteri gram negatif seperti pseudomonas sangat invasif dan banyak menimbulkan sepsis. Karena banyaknya jaringan nekrotik pada luka bakar maka penetrasi antibiotika sistemik ke luka tidaklah meyakinkan. Oleh karena itu antibiotika sistemik digunakan bila timbul gejala sepsis. Macam antibiotika ditentukan dari kultur dari bagian yang terinfeksi, baik luka, darah maupun urine.

– Antibiotika pilihan adalah cephalosporin generasi pertama (cefazolin, cephapirin dan cephalotin). Generasi ketiga khususnya ceftazidim mempunyai efektifitas besar terhadap pseudomonas.

g. Nutrisi

– Dukungan nutrisi yang baik sangat membantu penyembuhan luka bakar

3. Komplikasi Luka Bakar

– Fase Akut: syok, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

– Fase Subakut: infeksi dan sepsis

– Fase Lanjut: parut hipertropik

4. Mortalitas

Mortalitas pada luka bakar disebabkan oleh:

– Syok karena kehilangan cairan

– Gagal jantung karena Myocardial Depressing Factor

– Sepsis

– Gagal ginjal akut

– Komplikasi lain seperti pneumonia

Perawatan dan Follow up

Rehabilitasi

  • · Peletakan sendi harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan kontraktur
  • · Fisioterapi sangat diperlukan untuk mencegah kekakuan