KSR Pagi!!! Penetapan pengurus KSR PMI Unit UNS Periode 2019 telah terlaksana pada hari Selasa (19/2) pukul 16.00 WIB di Ruang Sidang IV Rektorat Universitas Sebelas Maret Surakarta. Kegiatan ini melantik 23 orang pengurus baru KSR PMI Unit UNS periode 2019 yang menggantikan Pengurus Periode 2018 dibawah Ketua Umum Wawan Yudianto. Ditandai dengan penyerahan jabatan kepada Ketua Umum Terpilih Muhammad Arif Sudarsono. Sumpah Jabatan pun dilaksanakan sekaligus mengawali secara legal periode Pengurus 2019. Pelantikan pengurus KSR PMI Unit UNS periode 2019 ini dihadiri oleh Rahmad Budiarto selaku Alumni KSR, Drs. Rohman Agus Pratomo selaku Kepala Biro Mawa UNS, dr. Arina selaku perwakilan PMI Kota Surakarta, perwakilan KSR Unit se Surakarta dan perwakilan dari Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) tingkat universitas di UNS Dalam kegiatan ini Pak Tomi berpesan bahwa dalam kepengurusan ini kita dapat belajar berorganisasi dan menambah pengalaman dalam berhubungan dengan orang lain dengan sifat masing- masing yang berbeda.
Kilas Balik Bencana Alam di Tahun 2018
Telah terjadi banyak bencana di Indonesia sepanjang tahun 2018 lalu. Beberapa diantaranya berdampak parah pada kerusakan infrastruktur dan menimbulkan banyak korban jiwa. Menurut data yang dirilis Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada Senin (31/12/2018) total kejadian bencana yang terjadi di berbagai wilayah Indonesia per 30 Desember 2018 mencapai 2.564 bencana. Ribuan bencana tersebut menyebabkan 3.349 orang meninggal, 1.432 orang hilang, 21.064 orang luka-luka, 10,2 juta orang mengungsi dan terdampak bencana, 319.527 unit rumah rusak dan ribuan fasilitas umum rusak. Lokasi Potensi Gempa Bumi di Indonesia (Sumber: magma.vsi.esdm.go.id) Rangkaian bencana di Indonesia yang pertama yaitu gempa bumi di Lebak, Banten pada 23 Januari 2018 yang terasa hingga Jakarta, menyebabkan 479 rumah di wilayah Banten dan Jawa Barat rusak Memuncak pada gempa berkekuatan 6,4 skala Richter (SR) yang mengguncang Lombok yang menyebabkan 481 orang meninggal dan gempa 7,4 SR di Sulawesi Tengah yang mengakibatkan 2.113 orang meninggal. Berakhir dengan longsor yang terjadi di Kabupaten Sukabumi. Jumlah bencana alam tahun 2018 memang lebih sedikit dari pada tahun 2017 yang mencatat 2.862 bencana. Namun jumlah korban pada tahun 2017 jauh lebih rendah, yaitu 378 kasus kematian, dibandingkan tahun 2018 yang mencapai 3.349 kasus kematian. Pemberian bantuan kepada warga yang terdampak bencana. (Sumber: instagram/palangmerah_indonesia) Hingga saat ini Palang Merah Indonesia (PMI) terus berupaya memberikan bantuan kepada seluruh warga yang terdampak bencana alam. Relawan PMI dari berbagai daerah turut membantu dalam memberikan bantuan kepada para korban. Bebagai kegiatan yang dilakukan relawan PMI tersebut berupa assesment, evakuasi, pertolongan pertama, dapur umum, pelayanan kesehatan, distribusi bantuan serta upaya pemulihan psikologis bagi warga yang terdampak bencana tersebut. Sumber: Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
Seabad Lebih Terbentuk, Kini Ancaman Anak Krakatau Semakin Nyata
PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi) Badan Geologi ESDM (Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral) telah menaikan status Anak Gunung Krakatau dari Waspada (Level II) menjadi Siaga (Level III). Dengan adanya kenaikkan status Anak Gunung Krakatau menjadi Siaga tersebut, zona berbahaya yang semula 2 km ditingkatkan menjadi 5 km. Masyarakat dan wisatawan dilarang melakukan aktivitas dalam radius 5 km dari puncak kawah. Hal ini dikarenakan terdapat bahaya erupsi berupa lontaran batu pijar, awan panas dan abu vulkanik pekat. Anak Gunung Krakatau sendiri telah kembali aktif dan memasuki fase erupsi mulai 29 Juli 2018 dan terus meningkat hingga sekarang. Pada Agustus 2018 lalu, gunung yang terletak di Selat Sunda ini erupsi sebanyak 576 kali dalam sehari. Anak Gunung Krakatau merupakan satu dari 127 gunung berapi di Indonesia yang berada dalam zona cincin api. Sebagaimana diketahui, salah satu zona vulkanik paling aktif di dunia adalah zona cincin api atau yang biasa disebut ring of fire. Zona cincin api tersebut membentang dari pesisir barat Amerika kemudian sepanjang Aleutian Alaska dan turun ke pesisir timur Asia. Anak Gunung Krakatau yang semula tidak ada, merupakan hasil letusan Gunung Krakatau setelah 40 tahun. Pada 26 sampai 27 Agustus 1883 terjadi letusan amat dahsyat yang menghancurkan hampir 60 persen tubuh Krakatau di bagian tengahnya, lalu terbentuklah Lubang Kaldera. Letusan itu menghancurkan Gunung Danan, Gunung Perbuwatan, serta sebagian Gunung Rakata di mana setengah kerucutnya hilang, membuat cekungan selebar 7 km dan sedalam 250 meter. Anak Krakatau mulai terlihat pada 29 Desember 1927 ketika sejumlah nelayan dari Jawa menyaksikan ada uap dan abu muncul dari Kaldera yang masih aktif. Setiap bulan Kaldera yang kemudian disebut Anak Gunung Krakatau bertambah tinggi sekitar 0,5 meter atau 6 meter per tahun. Sampai saat ini Anak Gunung Krakatau termasuk gunung yang masih aktif dan sewaktu-waktu bisa meletus, untuk itu Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi masih terus memantau aktivitas Anak Gunung Krakatau. Dengan adanya fenomena ini Palang Merah Indonesia (PMI) turut terlibat dalam penyediaan lokasi evakuasi apabila terjadi bencana. Salah satu tempat yang disediakan adalah Kota Cilegon, seperti : Gunung Cipala, Gunung Batur, dan lain-lain. Sumber: Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)
IFRC: Selamatkan Kongo, Cegah Penyebaran Wabah Ebola
Masa inkubasi virus Ebola biasanya dimulai dua hari hingga tiga minggu setelah terjangkit virus, dengan adanya demam, sakit tenggorokan, nyeri otot, dan sakit kepala. Gejala ini biasanya diikuti dengan mual, muntah, dan diare, serta menurunnya fungsi liver dan ginjal. Pada kondisi tersebut, orang yang terpapar virus Ebola mulai mengalami masalah pendarahan. Penyakit demam berdarah Ebola adalah penyakit pada manusia yang disebabkan oleh virus Ebola. Setidaknya 27 orang tewas dalam wabah Ebola yang pertama kali dikonfirmasi sejak pada 8 Mei 2018. Pada 21 Mei 2018, di Strain Zaire sebanyak 21 sampel telah di tes positif terkena virus Ebola. Ada 46 kasus yang diduga demam berdarah dan 26 kasus kematian. Republik Demokratik Kongo dalam sejarahnya pernah menjadi negara dengan penderita Ebola tertinggi kedua di dunia setelah Afrika Barat. Oleh karena itu dibentuk tim spesialis yang terdiri dari staf dan sukarelawan IFRC, ICRC dan Republik Kongo yang bekerja sama dengan masyarakat. Pengendalian epidemi wabah Ebola di Republik Kongo melalui penekanan pada pengawasan berbasis masyarakat dan pelacakan kontak, penguburan yang aman dan bermartabat serta mendukung rumah sakit, desinfeksi rumah tangga, dukungan psikososial dan peningkatan air serta sanitasi khususnya di penjara. Upaya ini dilakukan untuk menghentikan penyebaran wabah Ebola terutama di Bikoro, Iboko, dan Wangata di Provinsi Equateur. Selain itu, dilakukan permohonan darurat Internasional berupa 1,6 juta Franc Swiss selama 6 bulan mendatang. IFRC dan Palang Merah Republik Kongo bekerja atas tanggapan terkoordinasi yang lebih besar bersama otoritas pemerintah, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), mitra internasional dan nasional lainnya. Peran utama tim Palang Merah yakni memfasilitasi deteksi dini dan melawan transmisi wabah Ebola. “Kita harus tetap waspada dan terus perkuat pengawasan berbasis masyarakat. Resiko penyebaran di dalam dan luar negeri tetaplah nyata,” kata Dr Fatoumata Nafo-Traoré, Direktur Regional IFRC untuk Afrika. Sumber : media.ifrc.org
ICRC: Restoring Family Links, Layanan ICRC Guna Permudah Pencarian Korban Bencana
Bencana yang besar baru-baru ini melanda wilayah Perairan Selat Sunda. Tsunami yang terjadi di Banten dan Lampung pada Sabtu (22/12/2018) pukul 21.35 telah menimbulkan banyak kerugian material maupun korban jiwa yaitu sebanyak 373 orang meninggal dunia, 1.459 orang luka dan 128 orang dinyatakan masih hilang.Menurut BMKG bencana Tsunami di Banten dan Lampung tersebut datang tanpa adanya gempa,maupun angin topan yang besar. Selain banyaknya korban jiwa yang berjatuhan, banyak keluarga yang hilang dan terpisah tanpa tahu keberadaan maupun keadaannya. Berdasarkan laporan BNPB sebanyak 128 orang masih dinyatakan hilang (update Senin 24/12/18 pukul 17.00 WIB). Dalam merespons bencana Tsunami yang terjadi di Banten dan Lampung, ICRC (Komite Internasional Palang Merah) bekerjasama dengan PMI (Palang merah Indonesia) menyediakan layanan Pemulihan Hubungan Keluarga (Restoring Family Links/RFL). Pemulihan hubungan keluarga bukan berarti pemulihan hubungan keluarga yang terpisah dikarenakan konflik dalam keluarga. Melainkan pemulihan hubungan keluarga akibat Tsunami yang terjadi. RFL atau pemulihan hubungan keluarga dapat dilakukan dengan mengakses situs http://familylinks.icrc.org/lampung-banten untuk mendaftarkan orang hilang maupun melaporkan diri bahwa selamat dari bencana Tsunami di Banten dan Lampung. Melalui layanan RFL tersebut informasi mengenai pencarian orang hilang dan orang yang telah melaporkan bahwa mereka selamat dari bencana Tsunami di Banten dan Lampung melalui daftar sejumlah nama yang disediakan atas laporan kehilangan maupun yang menyatakan bahwa dirinya telah selamat Dengan adanya layanan RFL ini diharapkan dapat memulihkan kembali hubungan keluarga, memberikan kepastian atas nasib seseorang serta mencegah perpisahan.
Relawan Solo Peringati Hari Relawan dengan Gotong Royong Griya PMI Solo
SOLO – Ratusan relawan kota Solo mengikuti Gotong Royong di Griya PMI, Sabtu (22/12/2018), dalam rangka memperingati Hari Relawan Internasional pada 6 Desember lalu dan Hari Relawan Nasional pada 26 Desember mendatang. Peringatan ini dijadikan momentum relawan Solo untuk memperkuat solidaritas dan meningkatkan kesiapsiagaan serta ketangguhan para relawan. Acara ini dihadiri kurang lebih 150 orang yang terdiri TSR, KSR, PMR dan masyarakat sekitar. Peringatan pada tahun ini tidak lepas dengan tema yang dicanangkan ”Kesiapsiagaan Relawan PMI dalam menghadapi bencana alam dan bencana kemanusiaan”. Tema tersebut diwujudkan dengan kegiatan bersih Griya PMI meliputi : bersih lingkungan Griya PMI, bersih diri warga Griya PMI, hingga pengecatan ulang Griya PMI. Sebelum gotong royong dimulai, acara diawali dengan Apel pagi di halaman Griya PMI. KSR PMI Unit UNS sebagai bagian dari PMI Solo turut serta dalam serangkaian acara tersebut. Selain kegiatan gotong royong. Para relawan yang hadir juga memberikan donasi untuk Griya PMI. Donasi yang terkumpul dari kegiatan ini akan digunakan untuk membantu operasional yang ada di Griya PMI. Puncak rangkaian acara dilaksanakan pada hari Sabtu malam pukul 20.00 WIB dengan kegiatan kumpul relawan se-Solo di halaman PMI surakarta. Kegiatan diawali dengan berbagai sambutan dan dilanjutkan dengan pemberian penghargaan kepada para relawan yang telah memiliki dedikasi tinggi kepada PMI. Diharapkan penghargaan kepada para relawan tersebut dapat meningkatkan semangat dalam berkontribusi di PMI. KSR PMI Unit UNS juga menjadi salah satu Unit yang mendapat penghargaan tersebut. Muna Maimuna, Atiqa Ulfa, dan Ristika P H P sebagai salah satu relawan dari KSR PMI Unit UNS yang mendapat penghargaan karena telah terjun langsung ke Bencana Alam Lombok. Diakhir acara, dilaksanakan do’a bersama yang dihantarkan untuk Almarhum Bp. Joko selaku koordinator PMR Mula di PMI Solo. Menurut Barly Shodiq, selaku Staff PMI Surakarta, “Diharapkan dengan adanya acara ini dapat meningkatkan kesiapsiagaan relawan terutama untuk bencana kemanusiaan. Telah kita ketahui bersama Griya PMI merupakan tempat tinggal orang-orang yang spesial yakni orang gila terlantar dan orang tua terlantar. Yang pada saat ini krisisnya kepedulian terhadap mereka. Selain itu untuk meningkatkan kesiapsiagaan dalam bencana alam saat ini PMI Solo juga masih melaksanakan pembangunan hunian sementara di Palu.”
IFRC: “Dunia Gagal” Migran Anak Berresiko Kekerasan, Eksploitasi dan Pelecehan Seksual
Sebuah penelitian terbaru terhadap 100 file kasus anak-anak yang terpisah yang kini tinggal di Irlandia menemukan bahwa 45 persen dari mereka adalah korban kekerasan, dengan 32 persen melaporkan menjadi korban kekerasan seksual. Hampir 60 persen anak perempuan melaporkan kekerasan seksual atau bentuk kekerasan lainnya. Situasi yang mengejutkan terungkap dalam laporan baru, Alone and Unsafe , diluncurkan saat pemerintah bersiap untuk bertemu di Marrakech, Maroko, untuk mengadopsi Global Compact for Safe, Orderly, dan Regular Migration ( 9-11 Desember). Global Compact for Safe, Orderly, dan Regular Migration adalah kesempatan untuk memastikan bahwa semua orang yang bermigrasi, terutama anak-anak yang terpisah dan tidak didampingi, memiliki akses ke bantuan dan perlindungan kemanusiaan yang mereka butuhkan. Ini adalah hal yang tidak bisa ditinggalkan oleh dunia. Pada tahun 2017, diperkirakan bahwa setidaknya 300.000 migran anak tanpa pendamping dan terpisah sedang transit di 80 negara peningkatan lima kali lipat dari lima tahun sebelumnya. Jumlah anak anak yang pindah, termasuk dengan bepergian sendiri, telah tumbuh secara substansial dan mengkhawatirkan dalam beberapa dekade terakhir. Ada bukti kuat bahwa sebagian besar dari mereka terkena kekerasan seksual dan gender dalam perjalanan mereka. Pada tahun 2017, 60 persen anak-anak yang tiba di Yunani, Italia, Spanyol, dan Bulgaria setelah perjalanan berbahaya dan mengancam jiwa tidak didampingi atau dipisahkan, hampir dua kali lipat dari angka yang dilaporkan pada tahun 2016 peningkatan mengejutkan lainnya, memberikan petunjuk pada skala dan ruang lingkup masalah. Laporan IFRC menyerukan kepada pemerintah dan organisasi lainnya untuk mendukungnya dalam menciptakan “ Humanitarian Service Point (Titik Layanan Kemanusian)’ khusus di sepanjang rute migrasi utama dimana anak-anak dan migran lain dapat menerima bantuan dan dukungan. Juga menyerukan kepada pemerintah dan organisasi bantuan untuk meningkatkan investasi dalam pelatihan para responden garis depan sehingga mereka dapat mengidentifikasi anak-anak yang berresiko dan merujuk mereka ke layanan khusus. Ini juga merekomendasikan kepada pemerintah untuk menjaga keluarga tetap bersama selama proses migrasi dan menghindari menahan anak-anak atau keluarga mereka sebagai akibat status imigrasi mereka. Rocca IFRC mengatakan: “Laporan ini berfungsi sebagai pengingat tepat waktu tentang betapa pentingnya Konferensi Marrakesh yang akan datang. Global Compact for Migration adalah peluang bagi pemerintah untuk membuat hidup lebih aman bagi puluhan ribu – mungkin ratusan ribu – anak-anak yang sangat rentan. Ini adalah peluang yang tidak dapat diabaikan oleh pemerintah. “Palang Merah dan Bulan Sabit Merah siap untuk membantu mengubah komitmen itu menjadi realitas yang lebih aman dan lebih bermartabat.” “Anak-anak yang sedang bepergian adalah mangsa mudah bagi pelaku kekerasan, pelaku eksploitasi dan pedagang dan kerentanan mereka menempatkan mereka pada risiko tinggi kekerasan seksual dan berbasis gender di setiap tahap jalur migrasi mereka. Ketika anak-anak sedang dalam perjalanan sendirian, mereka berisiko sangat tinggi untuk diserang, dilecehkan secara seksual, diperkosa, diperdagangkan ke dalam eksploitasi seksual atau dipaksa menjadi “budak seksual”. “ sumber : media.ifrc.org