SURAKARTA – KSR PMI Unit UNS telah melaksanakan kegiatan perlombaan tingkat nasional yang bertajuk Volunteer Week and Youth Volunteer Competition 8. Pada ajang kompetisi Volunteer Week 8 ini mengangkat tema Volunteer Masa Kini : Mengabdi dari Hati pada Masa Pandemi. Kondisi pandemi COVID-19 yang sedang melanda Indonesia mengharuskan mayoritas kegiatan dilaksanakan dengan metode daring. Kegiatan luring seperti Vowee Care dan Vowee Donate dilaksanakan dengan memperhatikan protokol kesehatan. Kondisi tersebut tidak menurunkan semangat peserta untuk mengikuti perlombaan nasional ini. Acara Volunteer Week and Youth Volunteer Competition 8 dengan berbagai rangkaian kegiatan sosial dan perlombaan berlangsung mulai 25 Januari – 5 Juni 2021. Kegiatan Volunteer Week and Youth Volunteer 8 terdiri dari beberapa kegiatan penunjang, antara lain Lomba Kreasi Maskot Vowee, Vowee Donate, Vowee Care, dan Vowee Talk. RANGKAIAN KEGIATAN VOLUNTEER WEEK 8 Lomba Kreasi Maskot Vowee atau LKMV merupakan perlombaan untuk menyalurkan kreativitas peserta maupun masyarakat umum melalui ajang kreasi maskot Volunteer Week yaitu Vowee. LKMV yang dilaksanakan sejak 25 Januari – 27 Februari 2021 ini telah diikuti oleh 65 peserta. Telah terpilih satu karya terbaik yang menjadi juara, yakni karya dari Anintriyoga Dian P. Kegiatan selanjutnya yakni Vowee Donate yang merupakan kegiatan galang donasi untuk sesama yang ditujukan ke Panti Misi Nusantara dan Griya PMI. Melalui kegiatan galang donasi tersebut berhasil terkumpul donasi sebesar Rp3.697.075,00. Donasi tersebut telah disalurkan berupa 17 potong pakaian, beras 2,5 kg, dan beras 4 kantong ukuran ekonomis. Penyaluran tersebut telah dilaksanakan pada 30 Mei 2021. Meskipun acara dilaksanakan di Solo, namun tidak menyurutkan antusias para peserta Volunteer Week and Youth Volunteer Competition 8 dari penjuru Indonesia untuk ikut dalam kegiatan sosial ini. Kegiatan berikutnya adalah Vowee Care yang merupakan kegiatan donor darah untuk menyemarakkan Hari Palang Merah Internasional yang jatuh pada tanggal 26 Mei 2021. Kegiatan ini dilaksanakan di dua tempat yaitu di LPPM UNS Kampus Kentingan dan Fakultas Keolahragaan UNS Kampus Manahan. Pada kegiatan Vowee Care, turut dihadiri oleh Rektor UNS, Prof. Dr. Jamal Wiwoho, S.H., M.Hum dan Wakil Rektor Riset dan Inovasi, Prof. Dr. Kuncoro Diharjo, S.T., M.T. Pada acara Vowee Care ini berhasil diperoleh 62 kantong darah dari total 75 peserta yang mengikuti donor darah. Kegiatan yang lainnya adalah Vowee Talk yang telah diselenggarakan sebanyak dua kali yaitu pada 22 Mei 2021 dan 5 Juni 2021. Vowee Talk merupakan seminar online yang membahas topik sesuai dengan tema yang diangkat. Vowee Talk session 1 diisi oleh Annisa Marezqa dari IFRC dan Exkuwin Suharyanto sebagai Kepala Divisi PMR dan Relawan PMI Pusat. Acara opening dan Vowee Talk session 1 berjalan dengan baik. Vowee Talk session 2 berbicara tentang “Strategi Membangun Branding Image Melalui Produktivitas Konten di Media Sosial” oleh pemateri Ayu Paraswati dari PMI Pusat dan sharing relawan oleh Maeza Angga Rizki sebagai Koordinator Forum Relawan PMI 2019. PERLOMBAAN VOLUNTEER WEEK Volunteer Week and Youth Volunteer Competition 8 memiliki beberapa mata lomba untuk kategori PMR Wira dan KSR. Tingkat PMR Wira terdiri dari beberapa cabang lomba, yaitu konten pertolongan pertama, rancangan kegiatan, esai, dan monolog. Pada tingkat KSR juga terdapat beberapa kategori antara lain konten pertolongan pertama, rancangan kegiatan, karya ilmiah, dan podcast. Perlombaan PMR dan KSR terbesar di Indonesia ini berhasil diikuti oleh 73 kontingen PMR Wira dan 43 kontingen KSR yang tersebar di 12 provinsi seluruh Indonesia. Volunteer Week and Youth Volunteer Competition 8 dibuka dengan Opening Ceremony. Opening ceremony telah dilaksanakan pada Sabtu, 22 Mei 2021. Acara ini disambut oleh Dr. Sutanto, DEA selaku Direktur Reputasi Akademik dan Kemahasiswaan, Rini Kuswandari S.H., M.M. selaku perwakilan dari Dinas Pemuda dan Olahraga, dan Dr. (H.C.) Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla selaku ketua PMI Pusat. “Para volunteer di berbagai tingkatan telah bahu-membahu dalam membantu masyarakat. Karena itu acara VW8 yang dilaksanakan di KSR UNS kali ini sangat penting sebagai sarana pendidikan dan pengkaderan relawan” tutur Jusuf Kalla selaku ketua PMI Pusat. Acara Volunteer Week 8 dibuka secara simbolis dengan pemukulan gong oleh Ibu Rini Kuswandari selaku Dinas Pendidikan dan Olahraga. Setelah kegiatan opening ceremony, acara dilanjutkan dengan rangkaian lomba. Selama rangkaian kegiatan lomba para peserta diajak untuk mengikuti perlombaan dengan baik dan sportif. Puncak rangkaian ini pada closing ceremony sekaligus pengumuman kejuaraan yang telah berlangsung pada Sabtu, 5 Juni 2021. Berikut ini adalah para juara lomba Volunteer Week 8, antara lain : KATEGORI PMR WIRA KATEGORI KSR PT/MARKAS JUARA UMUM PMR WIRA : SMA Al Abidin Bilingual Boarding School Surakarta KSR : KSR PMI Unit Politeknik Kemenkes Malang Demikian dilaksanakannya Volunteer Week 8. Selamat kepada kontingen yang meraih juara pada Volunteer Week and Youth Volunteer Competition 8 tahun 2021, tetap semangat untuk terus belajar dan berproses menjadi relawan yang mengabdi dari hati walaupun di masa pandemi ya Vols! Sampai jumpa di Volunteer Week selanjutnya. (Humas KSR PMI Unit UNS/Rivani Yuniar)
IFRC: Selamatkan Kongo, Cegah Penyebaran Wabah Ebola
Masa inkubasi virus Ebola biasanya dimulai dua hari hingga tiga minggu setelah terjangkit virus, dengan adanya demam, sakit tenggorokan, nyeri otot, dan sakit kepala. Gejala ini biasanya diikuti dengan mual, muntah, dan diare, serta menurunnya fungsi liver dan ginjal. Pada kondisi tersebut, orang yang terpapar virus Ebola mulai mengalami masalah pendarahan. Penyakit demam berdarah Ebola adalah penyakit pada manusia yang disebabkan oleh virus Ebola. Setidaknya 27 orang tewas dalam wabah Ebola yang pertama kali dikonfirmasi sejak pada 8 Mei 2018. Pada 21 Mei 2018, di Strain Zaire sebanyak 21 sampel telah di tes positif terkena virus Ebola. Ada 46 kasus yang diduga demam berdarah dan 26 kasus kematian. Republik Demokratik Kongo dalam sejarahnya pernah menjadi negara dengan penderita Ebola tertinggi kedua di dunia setelah Afrika Barat. Oleh karena itu dibentuk tim spesialis yang terdiri dari staf dan sukarelawan IFRC, ICRC dan Republik Kongo yang bekerja sama dengan masyarakat. Pengendalian epidemi wabah Ebola di Republik Kongo melalui penekanan pada pengawasan berbasis masyarakat dan pelacakan kontak, penguburan yang aman dan bermartabat serta mendukung rumah sakit, desinfeksi rumah tangga, dukungan psikososial dan peningkatan air serta sanitasi khususnya di penjara. Upaya ini dilakukan untuk menghentikan penyebaran wabah Ebola terutama di Bikoro, Iboko, dan Wangata di Provinsi Equateur. Selain itu, dilakukan permohonan darurat Internasional berupa 1,6 juta Franc Swiss selama 6 bulan mendatang. IFRC dan Palang Merah Republik Kongo bekerja atas tanggapan terkoordinasi yang lebih besar bersama otoritas pemerintah, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), mitra internasional dan nasional lainnya. Peran utama tim Palang Merah yakni memfasilitasi deteksi dini dan melawan transmisi wabah Ebola. “Kita harus tetap waspada dan terus perkuat pengawasan berbasis masyarakat. Resiko penyebaran di dalam dan luar negeri tetaplah nyata,” kata Dr Fatoumata Nafo-Traoré, Direktur Regional IFRC untuk Afrika. Sumber : media.ifrc.org
IFRC: “Dunia Gagal” Migran Anak Berresiko Kekerasan, Eksploitasi dan Pelecehan Seksual
Sebuah penelitian terbaru terhadap 100 file kasus anak-anak yang terpisah yang kini tinggal di Irlandia menemukan bahwa 45 persen dari mereka adalah korban kekerasan, dengan 32 persen melaporkan menjadi korban kekerasan seksual. Hampir 60 persen anak perempuan melaporkan kekerasan seksual atau bentuk kekerasan lainnya. Situasi yang mengejutkan terungkap dalam laporan baru, Alone and Unsafe , diluncurkan saat pemerintah bersiap untuk bertemu di Marrakech, Maroko, untuk mengadopsi Global Compact for Safe, Orderly, dan Regular Migration ( 9-11 Desember). Global Compact for Safe, Orderly, dan Regular Migration adalah kesempatan untuk memastikan bahwa semua orang yang bermigrasi, terutama anak-anak yang terpisah dan tidak didampingi, memiliki akses ke bantuan dan perlindungan kemanusiaan yang mereka butuhkan. Ini adalah hal yang tidak bisa ditinggalkan oleh dunia. Pada tahun 2017, diperkirakan bahwa setidaknya 300.000 migran anak tanpa pendamping dan terpisah sedang transit di 80 negara peningkatan lima kali lipat dari lima tahun sebelumnya. Jumlah anak anak yang pindah, termasuk dengan bepergian sendiri, telah tumbuh secara substansial dan mengkhawatirkan dalam beberapa dekade terakhir. Ada bukti kuat bahwa sebagian besar dari mereka terkena kekerasan seksual dan gender dalam perjalanan mereka. Pada tahun 2017, 60 persen anak-anak yang tiba di Yunani, Italia, Spanyol, dan Bulgaria setelah perjalanan berbahaya dan mengancam jiwa tidak didampingi atau dipisahkan, hampir dua kali lipat dari angka yang dilaporkan pada tahun 2016 peningkatan mengejutkan lainnya, memberikan petunjuk pada skala dan ruang lingkup masalah. Laporan IFRC menyerukan kepada pemerintah dan organisasi lainnya untuk mendukungnya dalam menciptakan “ Humanitarian Service Point (Titik Layanan Kemanusian)’ khusus di sepanjang rute migrasi utama dimana anak-anak dan migran lain dapat menerima bantuan dan dukungan. Juga menyerukan kepada pemerintah dan organisasi bantuan untuk meningkatkan investasi dalam pelatihan para responden garis depan sehingga mereka dapat mengidentifikasi anak-anak yang berresiko dan merujuk mereka ke layanan khusus. Ini juga merekomendasikan kepada pemerintah untuk menjaga keluarga tetap bersama selama proses migrasi dan menghindari menahan anak-anak atau keluarga mereka sebagai akibat status imigrasi mereka. Rocca IFRC mengatakan: “Laporan ini berfungsi sebagai pengingat tepat waktu tentang betapa pentingnya Konferensi Marrakesh yang akan datang. Global Compact for Migration adalah peluang bagi pemerintah untuk membuat hidup lebih aman bagi puluhan ribu – mungkin ratusan ribu – anak-anak yang sangat rentan. Ini adalah peluang yang tidak dapat diabaikan oleh pemerintah. “Palang Merah dan Bulan Sabit Merah siap untuk membantu mengubah komitmen itu menjadi realitas yang lebih aman dan lebih bermartabat.” “Anak-anak yang sedang bepergian adalah mangsa mudah bagi pelaku kekerasan, pelaku eksploitasi dan pedagang dan kerentanan mereka menempatkan mereka pada risiko tinggi kekerasan seksual dan berbasis gender di setiap tahap jalur migrasi mereka. Ketika anak-anak sedang dalam perjalanan sendirian, mereka berisiko sangat tinggi untuk diserang, dilecehkan secara seksual, diperkosa, diperdagangkan ke dalam eksploitasi seksual atau dipaksa menjadi “budak seksual”. “ sumber : media.ifrc.org